Wapres JK: Isu Kemunculan PKI dan Komunis Berlebihan

Jum'at, 03 Juni 2016 | 15:38 WIB
Wapres JK: Isu Kemunculan PKI dan Komunis Berlebihan
Usai jumatan, ribuan orang yang tergabung dalam aksi Gerakan Bela Negara dan Forum Umat Muslim Indonesia anti PKI berkumpul kawasan tugu Monumen Nasional, Jakarta Pusat, Jumat (3/6/2016). [suara.com/Nikolaus Tolen]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Wakil Presiden Jusuf Kalla menanggapi isu terkait kemunculan kembali kegiatan komunisme melalui deklarasi sebuah partai adalah berlebihan.

"Menurut saya mungkin agak berlebihan mengenai pandangan bahwa PKI itu mau hidup lagi. Kalau kita melihatnya, PKI itu komunis, (sementara) komunisme suatu ideologi yang perkembangannya dengan pemikiran pemerataan. Orang melihat itu mungkin dari sisi-sisi yang berbeda," kata Wapres Jusuf Kalla di Istana Wakil Presiden Jakarta, Jumat (3/6/2016).

Menurut Wapres Jusuf Kalla, komunisme merupakan ideologi yang sudah terbukti gagal diterapkan di negara-negara di dunia. Satu-satunya negara komunis di dunia ini adalah Korea Utara, dan itu pun secara pemerintahan telah gagal.

"Negara-negara yang asalnya komunis kan sudah menjadi kapitalisme, (seperti) Rusia, China, Eropa Timur. Jadi, sebagai ideologi, mana mungkin itu berkembang pada saat itu ditolak oleh semua orang," jelasnya.

Seperti diberitakan, salah satu tokoh militer Indonesia, Mayjen (Purn) Kivlan Zein mengatakan PKI sudah bangkit kembali dan siap mendeklarasikan diri pada 2017.

Terkait akan hal itu, Menteri Koordinator bidang Politik, Hukum dan Keamanan Luhut Binsar Pandjaitan menanggapi santai.

"Kalau beliau tahu tolong laporkan tempatnya di mana, nanti kita siap menindaklanjuti," ucap Luhut.

Luhut mengaku belum mengetahui soal kemunculan kembali PKI seperti yang disampaikan Kivlan Zein. Dia juga meminta media menanyakan informasi itu kepada Kivlan.

"Tanya saja beliau. Saya tidak dapat informasi. Saya punya banyak kuping, mata, tapi badan intelijen belum dapat informasi itu," ujarnya. (Antara)

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI