Setelah bertahun-tahun lamanya, pemukiman warga Sungai Lung, Desa Sungai Abau, Dusun Sungai Luar, Kecamatan Batang Lupar, Kabupaten Kapuas Hulu, Kalimantan Barat, sejak 2010 mendapatkan aliran listrik untuk kehidupan mereka.
Aliran listrik yang dihasilkan dari Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro untuk warga tujuh bilik atau sekitar 20 orang itu merupakan bantuan dari World Wide Fund for Nature atau WWF Indonesia.
"Ini teknisinya didatangkan oleh teman-teman WWF, dari Bandung. Pembuatannya dilakukan dari tahun 2010 dan airnya (untuk memutar turbin) diambil dari Sungai Lung," ujar warga bernama Stevanus Kilau (40), Selasa (31/5/2016).
Aliran listrik yang dihasilkan dari Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro untuk warga tujuh bilik atau sekitar 20 orang itu merupakan bantuan dari World Wide Fund for Nature atau WWF Indonesia.
"Ini teknisinya didatangkan oleh teman-teman WWF, dari Bandung. Pembuatannya dilakukan dari tahun 2010 dan airnya (untuk memutar turbin) diambil dari Sungai Lung," ujar warga bernama Stevanus Kilau (40), Selasa (31/5/2016).
Kilau merupakan warga yang ditunjuk WWF Indonesia untuk membantu proses pemasangan PLTMH dan pengoperasiannya. Dia bercerita awalnya tak paham soal ini, tetapi setelah mendapatkan pembinaan, akhirnya sedikit-sedikit mengerti dan sekarang sudah biasa.
Kilau menjelaskan listrik yang dihasilkan PLTMH hanya berkapasitas 5 KW sehingga hanya bisa menerangi tujuh bilik warga.
Dulu, Kilau pernah mencoba untuk mengalirkan listrik ke rumah warga ke rumah warga dekat kampung Sungai Lung dan ternyata malah merusak komponen.
Kilau menjelaskan listrik yang dihasilkan PLTMH hanya berkapasitas 5 KW sehingga hanya bisa menerangi tujuh bilik warga.
Dulu, Kilau pernah mencoba untuk mengalirkan listrik ke rumah warga ke rumah warga dekat kampung Sungai Lung dan ternyata malah merusak komponen.
Dia juga bercerita jaringan listrik yang terbatas ini juga menguji kesabaran. Misalnya ada warga yang memakai energi berlebihan.
"Saya pernah matiin langsung dari panel di rumah pompanya, abisnya pada setel musik kencang-kencang dan tidak ada yang mau mengalah, ya udah dimatiin. Tapi dia nggak marah," kata dia.
Desa Abau merupakan bagian dari kawasan jantung Kalimantan atau Heart of Borneo. Daerah ini penuh dengan keanekaragaman hayati dengan sumber daya airnya yang melimpah.
Pembangkit berkapasitas 5 KW adalah contoh solusi pemenuhan kebutuhan listrik di pedesaan dengan teknologi yang ramah lingkungan.
Bagaimana dengan biaya perawatan pembangkit? Warga yang rumahnya dialiri listrik iuran sebesar Rp20 ribu per kepala keluarga. Uang tersebut dikumpulkan oleh Kilau.
"Mikrohidro coba dialirkan ke kampung sebelah. Nggak dari sebulan sudah selesai (rusak), pas pasang siap dinyalakan warga hidup senang tapi nggak lama rusak habis itu TV," katanya.
Mayoritas warga yang tinggal di sana berasal dari suku Dayak Iban. Umumnya, mereka berprofesi sebagai petani.
Turbin
Turbin terletak di bawah bendungan. "Ketinggian dari air ke rumah turbin 100 meter, kalau penstock dari rumah turbin ke atas (dam) 50 meter," katanya.
PLTMH punya banyak kelebihan, selain ramah lingkungan, juga biaya operasinya rendah dan mampu beroperasi lebih dari 15 tahun.
Ecotourism Development Officer, WWF Indonesia Program Kalimantan Barat, Hermas Rintik, mengatakan PLTMH yang dibangun di Desa Sungai Abau menghabiskan dana lebih dari Rp700 juta.
"Itu kalau tidak salah menghabiskan dana sekirar Rp750 juta kurang. Mahal karena biaya transportasi ke sini yang mahal karena didatangkan dari Bandung," kata Hermas.