Suara.com - Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu mengatakan Presiden Joko Widodo harus bijak dalam memutuskan hasil rekomendasi dari Simposium Nasional Korban 1965. Salah satu yang harus dipertimbangkan Jokowi adalah kebenaran ada pembunuhan massal.
"Bapak Presiden itu dia harus bijak. Dua-duanya dilihat siapa, baru dipertimbangkan yang benar nggak,"ujar Ryamizard usai memberikan sambutan pada Simposium Nasional bertema ‘Mengamankan Pancasila Dari Ancaman Kebangkitan PKI dan Ideologi Lain’ di Balai Kartini, Jakarta, Kamis (2/6/2016).
Lebih lanjut dirinya tak setuju dengan adanya permintaan maaf yang dilakukan pemerintah kepada para korban tragedi 1965.
Dia juga berharap semua pihak mencontoh Presiden Amerika Serikat Barack Obama yang tidak menyampaikan permohonan maaf kepada pemerintahan atau warga di Hiroshima yang pernah dibom atom oleh Amerika. Kota Hiroshima dan Nagashaki dibom atom pada 6 Agustus 1945.
"Bukan minta maaf (permohonan maaf dari pemerintah). Maafnya pribadi saja. Kalau negara dengan yang kecil, negara kita besar. Coba lihat. Presiden Obama kemarin ke Jepang melihat langsung Hiroshima. Berapa juta yang mati? Apa minta maaf? Nggak kan,"ungkapnya.