Lima Tujuan Penyelenggaraan Simposium 1965 Tandingan

Senin, 30 Mei 2016 | 15:23 WIB
Lima Tujuan Penyelenggaraan Simposium 1965 Tandingan
Ketua simposium nasional bertema Mengamankan Pancasila dari Ancaman Kebangkitan Partai Komunis Indonesia dan Ideologi, Letjen TNI (Purn) Kiki Syahnakri [suara.com/Ummi Hadyah Saleh]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Ketua simposium nasional bertema Mengamankan Pancasila dari Ancaman Kebangkitan Partai Komunis Indonesia dan Ideologi, Letjen TNI (Purn) Kiki Syahnakri, mengatakan penyelenggaraan simposium dilatari kegelisahan anak bangsa atas ancaman terhadap eksistensi Pancasila, UUD 1945, dan keutuhan NKRI. Simposium akan diselenggarakan di Balai Kartini, Jalan Gatot Subroto, Jakarta Selatan, pada Rabu (1/6/2016) dan Kamis (2/6/2016).

"Simposium yang akan kami selenggarakan itu berangkat dari keprihatinan bahwa Pancasila itu sudah jauh ditinggakan oleh masyarakat kita terutama generasi muda, selain itu paham seperti komunisme justru marak terjadi kembali. Maka dari itu kami menyelenggarakan simposium nasional ini," ujar Kiki dalam jumpa pers di gedung Dewan Dakwah Indonesia, Kramat, Jakarta Pusat, Senin (30/5/2016).

Kiki mengaku prihatin dengan nilai-nilai Pancasila yang semakin memudar dan bangkitnya bibit-bibit gerakan komunis yang selama ini telah dilarang negara.

Tujuan simposium, kata Kiki, ada lima. Pertama, mempersatukan seluruh komponen bangsa dalam menghadapi ancaman hegemoni global yang anti terhadap Pancasila. Kedua, mencegah upaya membangkitkan kembali Partai Komunis Indonesia.

"Tujuan ketiga membangun kesadaran bangsa bahwa PKI telah melakukan pemberontakan berkali-kali terhadap NKRI sejak tahun 1948 di Madiun hingga pemberontakan G/30S/PKI. Keempat menegaskan bahwa ideologi yang bertentangan dengan Pancasila tidak dapat hidup di NKRI dalam bentuk apapun, baik dalam bentuk partai politik, organisasi kemasyarakatan dan LSM," kata dia.

Kelima, simposium bertujuan untuk menghasilkan rekomendasi kepada pemerintah untuk menghadapi musuh Pancasila, khususnya bahaya laten komunis.

Simposium nasional didukung sekitar 70 organisasi masyarakat. Pembicara berkompeten di bidang kesejarahan, ideologi, agama, dan konstitusi akan hadir selama dua hari. Di antaranya Imam Besar Front Pembela Islam Habib Rizieq, Wakil Ketua DPR Fadli Zon, dan Letjen TNI (Purn) Sintong Panjaitan.

Dari pemerintah, kata Kiki, akan hadir Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu.

"Pemerintah ada dan yang mewakili Pak Ryamizard," katanya.

Acara ini disebut-sebut sebagai simposium tandingan karena diselenggarakan setelah penyelenggaraan simposium nasional bertema Membedah Tragedi 1965 yang diselenggarakan di Hotel Aryaduta, Jakarta Pusat, pada Senin (18/4/2016) dan Selasa (19/4/2016). Ketua Panitia Pengarah Simposium Nasional Membedah Tragedi 1965 adalah Letjen (Purn) Agus Widjojo. Agus merupakan Gubernur Lemhanas. Simposium ini diprakarsai oleh Dewan Pertimbangan Presiden, Komnas HAM, Forum Solidaritas Anak Bangsa serta didukung Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum dan Keamanan Luhut Binsar Panjaitan.

Salah satu tujuan ‎simposium nasional di Aryaduta ialah sebagai dialog awal antara pemerintah dan korban untuk merumuskan pokok pikiran menuju rekonsiliasi nasional.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI