Buntut Adu Argumen, Sadiq Khan Ajak Trump Temui Istri dan Anaknya

Ruben Setiawan Suara.Com
Rabu, 18 Mei 2016 | 14:08 WIB
Buntut Adu Argumen, Sadiq Khan Ajak Trump Temui Istri dan Anaknya
Wali Kota London Sadiq Khan. (Reuters)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Wali Kota London Sadiq Khan mengundang kandidat presiden AS dari Partai Republik, Donald Trump untuk bertemu dengan keluarganya. Sadiq mengatakan, hal itu ia lakukan agar Trump mau mempertimbangkan kembali rencana kebijakan melarang orang Muslim masuk ke Amerika.

Berbicara di acara televisi Good Morning Britain, wali kota terpilih dari Partai Buruh tersebut masih pada pendiriannya untuk melawan paradigma Trump yang salah mengenai Muslim. Menurut Sadiq, Trump harus datang ke Inggris dan bertemu dengan istrinya Saadiya, serta kedua putrinya, Anisah dan Ammarah.

"Pada program Anda (Good Morning Britain) saya mengundang Donald Trump untuk datang ke London. Temui istri dan putri-putri saya. Temui kawan dan tetangga saya," kata Sadiq.

"Temui warga London yang adalah orang Inggris, mereka adalah orang London, mereka Muslim," sambungnya.

"Anda tahu apa yang hebat mengenai London? Muslim, Kristen, Yahudi, Hindu, Sikh, Buddha, kami tidak hanya toleransi satu sama lain, kami saling menghargai, kami saling merayakan, kami saling menerima," lanjutnya.

"Dan kekhawatiran saya adalah ini. Apakah Anda benar-benar tidak menyadari sedang membuat negara-negara di dunia menjadi tidak aman dengan memberikan kesan bahwa ada bentrokan peradaban?" katanya lagi.

"Apakah Anda melakukan pekerjaan Daesh (sebutan untuk ISIS) dan para ekstrimis terhadap mereka dengan mengatakan bahwa si Barat membenci Islam? Saya adalah si Barat itu!" ujar Sadiq.

Pernyataan Sadiq merupakan buntut perbedaan pendapat yang terjadi antara dirinya dengan Trump. Pada hari Senin, Trump menyebut Sadiq "amat kasar" dalam wawancara dengan Piers Morgan. Trump bahkan menantang Sadiq Khan untuk melakukan tes IQ.

Trump bahkan menyatakan soal kemungkinan sulitnya membangun hubungan baik dengan Perdana Menteri Inggris David Cameron setelah  Cameron menolak meminta maaf telah menyebut rencana kebijakan Trump soal Muslim sebagai kebijakan yang "memecah belah, bodoh, dan salah" tahun lalu. (Independent)

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI