Suara.com - Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan menegaskan tidak pernah membuat poster bertuliskan Posko Karisma Jakarta, Risma For DKI 1 maupun akun di media sosial Twitter @Karisma_Jakarta untuk pencalonan Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini menjadi calon gubernur Jakarta periode 2017-2022.
"Secara struktural kami tidak pernah membuatnya. Mungkin itu muncul karena ide perorangan saja," kata Wakil Ketua Badan Pemenangan Pemilu DPD PDI Perjuangan DKI Jakarta Gembong Warsono kepada Suara.com, Senin (9/5/2016).
Ketika ditanya lebih jauh apakah sebenarnya PDI Perjuangan hanya menerapkan test the water atau ingin mendapatkan umpan balik dari kampanye tersebut, Gembong kembali menegaskan bahwa secara organisasi, partainya tidak pernah melakukan kampanye tersebut.
"Itu dinamika politik. Saya katakan demikian karena barangkali ada kader di luar struktural partai yang ingin menjajaki respon publik ke Bu Risma. Tapi sekali lagi, partai belum ke arah itu," katanya.
Gembong mengungkapkan sejak penjaringan bakal calon gubernur Jakarta dibuka sampai ditutup, DPD PDI Perjuangan mendapatkan 34 nama, baik tokoh internal PDI Perjuangan maupun eksternal. Dari puluhan nama yang masuk daftar, tidak ada nama Risma.
"Minus Bu Risma. Kan ada dua pintu dalam penjaringan, lewat pendaftar dan pengusulan. Dari dua pintu untuk DKI 1 tidak ada Bu Risma.
Ke 34 nama yang masuk penjaringan, kata Gembong, saat ini sedang digodok di tingkat DPP PDI Perjuangan. Hari Rabu (11/5/2016, mereka akan menjalani psikotest.
Meski Risma tak masuk daftar penjaringan, kata Gembong, tetap ada peluang menjadi calon dari PDI Perjuangan. Peluangnya lewat pintu penugasan dari Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri.
"Bisa saja itu. Kalau dipandang oleh partai melalui itung-itungan yang bersangkutan layak, bisa. tidak masalah," katanya.
Secara diplomatis Gembong mengatakan semua tokoh yang masuk penjaringan PDI Perjuangan, untuk posisi sekarang, sama-sama punya peluang diusung jadi calon DKI 1.
"Cuma nanti soal tinggi rendahnya, tergantung hasil psikotes. Untuk sekarang, belum bisa menduga-duga. Tahapan baru berjalan. Setelah psikotes, nanti ada fit and proper test. Selanjutnya, partai melakukan survei internal. Semua yang menyelenggarakannya tingkat DPP," katanya.
Meski PDI Perjuangan bisa mengusung sendiri pasangan calon gubernur dan wakil gubernur Jakarta periode 2017-2022, mereka tetap membuka koalisi dengan partai lain. Tetapi, siapa yang akan diajak koalisi, sampai sekarang belum diputuskan, tetapi isunya PDI Perjuangan sedang berkomunikasi dengan Partai Gerindra.
Kemarin, Minggu (8/5/2016), sejumlah kader PDI Perjuangan memenuhi undangan menghadiri rapat kerja daerah Partai Gerindra untuk menentukan langkah politik Gerindra di Gedung Joeang 45, Menteng, Jakarta Pusat. Kader yang hadir di antaranya Wakil Gubernur Jakarta yang juga Ketua DPP PDI Perjuangan Bidang Keanggotaan dan Organisasi Djarot Saiful Hidayat serta Gembong.
Ketika ditanya, apa makna kedatangan tersebut, apakah sinyal PDIP Perjuangan akan duet lagi dengan Gerindra.
"Itu biasa saja. Itu antar partai. Kami koordinasi politik, komunikasi politik. Biasa saja," kata Gembong.
Gembong mengatakan tak tertutup kemungkinan PDI Perjuangan dan Gerindra duet.
"Itu mungkin saja, kalau nanti berkoalisi dengan Gerindra mungkin saja," katanya.
Tetapi ketika ditanya berapa persentase PDI Perjuangan akan memutuskan duet dengan Gerindra, secara diplomatis, Gembong mengatakan persentasenya masih sama dengan posisi PDI Perjuangan kepada partai-partai politik yang lainnya.
"Kami untuk posisi sekarang belum prioritaskan partai A, B, C," kata dia.
Yang jelas, kata dia, kalau nanti terjadi koalisi, PDI Perjuangan mengambil posisi calon gubernur.
"Tetapi, sekali lagi, itu semua masih belum diputuskan sekarang. Mengingat, PDI Perjuangan sedang menggodok 34 nama yang masuk penjaringan. Kemudian, juga PDI Perjuangan masih sisakan dua pintu, pintu sekarang, kemudian pintu penugasan (dari ketua umum). Kalau tidak ada pintu penugasan, kita tentu ke 34 nama itu," kata Gembong.