Suara.com - Sedikitnya dua pesawat mengalami turbulensi serius dalam sepekan terakhir di wilayah penerbangan Indonesia. Maskapai Etihad dengan nomor penerbangan 474 dari Abu Dhabi ke Jakarta mengalami turbulensi hebat di atas wilayah Sumatera pada 4 Mei 2016 lalu dan Hongkong Airline yang membawa 204 penumpang dari Bali ke Hongkong mengalami turbulensi parah di atas wilayah Kalimantan hingga menyebabkan 17 penumpang luka, hingga dirawat di rumah sakit pada 7 Mei 2016.
Peristiwa yang terjadi hanya berselang tiga hari ini mengakibatkan belasan penumpang luka serius. Pengamat penerbangan Alvin Lie mengatakan turbulensi sering terjadi di dekat wilayah katulistiwa, seperti langit Indonesia terutama pada musim pancaroba seperti saat ini. “Teknologi radar di pesawat belum mampu mendeteksi turbulensi, sehingga bisa terjadi secara tiba-tiba tanpa ada peringatan sebelumnya,” kata Alvin Lie dalam perbincangan dengan Suara.com. Sabtu (7/5/2016).
Dijelaskan Alvin Lie, sebaiknya penumpang selalu menggunakan sabuk pengaman selama duduk. Hindari meninggalkan tempat duduk kecuali memang sangat perlu, misalnya ke toilet. “Apabila pesawat mengalami turbulensi kuat dan ada penumpang dan awak kabin yang cedera, pilot sebaiknya mendarat di bandara terdekat untuk evakuasi dan segera periksa seluruh pesawat untuk memastikan tidak terjadi kerusakan struktural terhadap pesawat,” kata anggota Ombudsman RI ini.
Fenomena clear air turbulance atau CAT hal biasa dalam penerbangan. Hingga saat ini belum ada teknlogi yang mampu mendeteksi CAT secara akurat. Meski belum mampu terdeteksi secara akurat, kata Alvin Lie, lembaga BMKG mampu memperkirakan daerah yang berpotensi terjadi CAT. “CAT pada umumnya terjadi pada ketinggian sekitar 40 ribu kaki, di mana terbentuk jet stream yang banyak dimanfaatkan pesawat untuk efisiensi bahan bakar, terutama pesawat besar yang menempuh penerbangan jarak jauh,” kata dia.
Meski peluang terjadi turbulensi di langit Indonesia terbuka, namun Alvin Lie memastikan pesawat sudah memiliki standar keamanan yang baik. Prinsip struktur pesawat dirancang untuk tahan terhadap CAT, sehingga CAT tidak membahayakan pesawat. Namun penerbangan jadi sangat tidak nyaman ketika mengalami CAT. “Penumpang yang tetap di tempat duduk dan pakai sabuk pengaman, juga sangat kecil kemungkinan cidera,” kata Alvin.