Suara.com - Rupa-rupa cara digunakan masyarakat Indonesia untuk mengekspresikan keprihatinan dan empati atas kasus yang menimpa Yuyun (14), pelajar kelas II SMP Negeri 5, Kecamatan Padang Ulak Tanding, Bengkulu. Yuyun diperkosa oleh 14 pemuda usai pulang sekolah pada pertengahan April, dan setelah itu dibunuh.
"Tidak tahu harus empati apalagi yang akan ditunjukkan. Dengan berulang-ulangnya kasus kematian anak dalam perkosaan. Dan kisah Yuyun akan jadi pengulangan pemberitaan," kata Majelis Pelayanan Sosial Pimpinan Pusat Muhammadiyah Farid Ari Fandi melalui pesan tertulis yang diterima Suara.com, Minggu (6/5/2016).
Itu sebabnya, kata Farid, perlu aksi luar biasa ekstrim untuk menggugah kesadaran masyarakat agar kasus serupa tak terulang.
Yuyun hanyalah satu dari sekian anak yang selama ini menjadi korban kekerasan. Kasus kekerasan terhadap anak ibarat gunung es. Banyak yang belum teridentifikasi.
Farid mengekspresikan perasaannya melalui sebuah puisi. Dia berharap puisi ini dapat mewakili, sebab tak ada cara lain lagi untuk berekspresi.
"Semua terlalu berlebihan, bila tidak bicara substansi perubahan perlindungan anak," katanya.
Berikut ini puisi karya Farid:
Puisi dari Negeri Seberang
3 Denting Kematian Yang Sia Sia
Puisi ini kami teriakkan dalam hati
Bukan untuk kami perdengarkan, apalagi sekedar menyebarluaskannya
Puisi ini untuk kami para anak yang siap jadi korban berikutnya
Kami menanyakan,
Sampai kapan berita kematian kami menjadi produksi berita yang tiada pernah ujungnya
Berapa lama harga diri kami sebagai anak terus dikomersialisasikan
Berapa lama lagi kami dibisniskan untuk memenuhi keinginanmu