Sore ini, ratusan orang ikut aksi keprihatinan dan perlawanan di depan Istana Merdeka, Jakarta Pusat, atas kasus yang menimpa Yuyun (14), pelajar SMP asal Desa Padang Ulak Tanding, Kecamatan Rejang Lebong, Bengkulu, yang diperkosa 14 pemuda, lalu dibunuh .
Salah satu bentuk aksinya dengan membunyikan berbagai macam suara sebagai tanda adanya bahaya kekerasan seksual. Mereka membunyikan alat, seperti terompet, kentongan, klakson, sebanyak tiga kali.
Di seberang Istana Merdeka, para aktivis juga menyalakan api lilin untuk mengenang dan mendoakan Yuyun dan anak-anak korban kekerasan seksual lainnya.
Para aktivis juga mendoakan Yuyun dengan cara agama masing-masing. Aktivis yang hadir, ada tokoh muslim, Kristen, dan Katolik.
Setelah itu, digelar pentas musik.
Massa yang didominasi kalangan perempuan itu juga membentangkan poster dan spanduk yang berisi tulisan mengutuk aksi kekerasan seksual terhadap anak di bawah umur. "Hidup terhormat tanpa kekerasan terhadap perempuan," "Nurani telah mati, kalah dengan birahi," demikian isi tulisan dalam poster dan spanduk.
Aksi ini diharapkan mengetuk para pengambil kebijakan untuk lebih serius menangani kasus-kasus kekerasan seksual, khususnya kepada anak dan perempuan.
"Oleh karena itu kami menuntut Pemerintah segera mengesahkan undang undang penghapusan kekerasan seksual," kata advokad dari LBH Jakarta Pratiwi dalam orasinya.