Suara.com - Pemerintah Provinsi Jawa Timur akan menutup lokalisasi Balong Cangkring di Kota Mojokerto. Penutupan dilakukan 29 Mei 2016.
"Ini menjadi yang terakhir penutupan lokalisasi di Jatim," ujar Kepala Biro Administrasi Kesejahteraan Rakyat (Kesra) Setdaprov Jatim Siti Nurahmi kepada wartawan di Surabaya, Selasa (3/5/2016).
Pemprov Jatim masih melakukan validasi data. Sebelumnya beberapa kali mengalami kendala dan kesulitan.
"Setelah beberapa kali rapat dengan semua kalangan, termasuk dengan pihak yayasan (Yayasan Mojopahit) yang setuju jika lokalisasi ditutup," ucapnya.
Balong Cangkring merupakan satu-satunya lokalisasi dari 47 lokalisasi yang belum berhasil ditutup Pemprov Jatim melalui program penutupan lokalisasi sejak 2010. Penutupan lokalisasi ini terbilang lambat karena kompleks lokalisasi milik sebuah yayasan sosial, yakni Yayasan Mojopahit dan pemilik enggan disebut lokalisasi.
Yayasan Mojopahit telah menyodorkan data masyarakat terdampak penutupan lokalisasi sebanyak 1.317 kepala keluarga, dan meminta diberikan kompensasi. Namun Pemprov belum berani menyebutkan besaran kompensasi bantuan warga terdampak, karena tergantung keputusan Gubernur Jatim Soekarwo.
"Tentunya menyesuaikan anggaran yang ada. Perkiraan saya mungkin bantuan yang bisa diberikan sebesar Rp5 juta, tapi itu maksimal dan bisa kurang," katanya.
Untuk para wanita tuna susila (WTS), perempuan yang akrab disapa Bu Mimin ini menjelaskan terdapat sebanyak 89 orang di daerah tersebut, meski beberapa di antaranya telah memilih pulang dengan sukarela. Para WTS ini, lanjut dia, akan mendapat pelatihan atau keterampilan khusus agar saat lokalisasi ditutup, para WTS bisa beralih menjadi wirausahawan.
"Oleh karena itu, Pemprov Jatim juga akan memberikan bantuan modal kepada WTS, sama seperti yang dilakukan saat penutupan lokalisasi lain di Jatim," katanya.
Selain itu, komunikasi beserta koordinasi dengan Pemkot Mojokerto dan Kementerian Sosial akan terus dilakukan, termasuk cara penanganan para WTS maupun pemilik warung di sekitar lokalisasi.