PBB: Orang Albino Berisiko 'Punah' di Malawi

Ririn Indriani Suara.Com
Sabtu, 30 April 2016 | 13:58 WIB
PBB: Orang Albino Berisiko 'Punah' di Malawi
Ilustrasi orang dengan albino. (Shutterstock)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Orang-orang dengan albino di Malawi berisiko mengalami "kepunahan sistemik" karena serangan tanpa henti yang dipicu takhayul, papar ahli utama PBB tentang albino, Jumat (30/4/2016), waktu setempat, pada kunjungan resmi pertamanya dalam peran barunya tersebut.

Setidaknya 65 kasus kekerasan terhadap orang dengan albino termasuk pembunuhan dan pemotongan telah dicatat oleh polisi di Malawi sejak akhir 2014, kata Ikponwosa Ero, pakar independen Perserikatan Bangsa Bangsa untuk hak asasi manusia dan albino.

Orang dengan albino hidup dalam bahaya di wilayah-wilayah yang mempercayai bagian tubuh mereka dapat digunakan untuk sihir dan berharga mahal. Takhayul menyebabkan banyak orang percaya anak albino membawa sial.

Di Malawi, tempat sekitar 10.000 dari 16,5 juta penduduknya hidup dengan albino, situasi mencapai "keadaan darurat, sebuah krisis yang sangat mengganggu dalam skala besarannya", katanya.

Beberapa warga Malawi albino yang ditemuinya membandingkan situasi mereka dengan yang spesies yang terancam punah di alam liar, kata Ero kepada Thomson Reuters Foundation dalam sebuah wawancara telepon dari Malawi.

Dia mengatakan orang dengan albino adalah "kelompok orang yang terancam mengalami kepunahan sistemik dari waktu ke waktu jika tidak ada yang dilakukan".

"Kami berbicara tentang melindungi satwa liar namun bahkan tidak memprioritaskan upaya untuk melindungi orang dengan albino," katanya.

Ero, yang berasal dari Nigeria dan albino, menjabat sebagai ahli independen pertama PBB mengenai isu tersebut pada Agustus.

Albino adalah kelainan bawaan yang mempengaruhi sekitar satu dari 20.000 orang di seluruh dunia. Penderita albino mengalami kekurangan pigmen di kulit, rambut dan mata mereka. Itu umum terjadi terutama di sub-Sahara Afrika.

Ero mengatakan dalam laporan pertamanya awal 2016, serangan terhadap orang-orang albino sangat brutal, terkadang bahkan korbannya dimutilasi hidup-hidup oleh penyerang yang membawa parang.

Dia mengatakan sangat bersimpati dengan seorang anak remaja bernama Alfred dalam perjalananya ke Malawi. Pemuda albino berusia 17 tahun itu ditemukan dalam genangan darah setahun yang lalu setelah ditikam saat tidur oleh penyerang berparang.

Dia diam saat pertemuan itu. Anak itu, kata Ero, belum pulih dan berhenti sekolah sejak serangan itu. "Anda bertanya-tanya apa yang akan terjadi pada orang ini," imbuhnya.

Serangan terhadap orang-orang albino tahun ini juga telah dilaporkan di Burundi, Mozambik dan Zambia, menurut Under the Same Sun, sebuah badan amal Kanada. (Antara/Thomson Reuters Foundation)

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI