Suara.com - Setelah mengajukan surat pengunduran diri dari jabatan wali kota Jakarta Utara, Rustam Effendi meminta maaf kepada jajarannya atas kinerjanya yang belum maksimal.
"Saya menyampaikan permohonan maaf bahwa selama jadi wali kota satu tahun tiga bulan, kalau seandainya selama bertugas banyak kurangnya," kata Rustam di kantor Wali Kota Jakarta Utara, Selasa (26/4/2016).
Rustam berharap Gubernur Jakarta Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) dapat menunjuk orang yang lebih tepat sebagai penggantinya.
"Jakarta Utara perlu memang orang orang yang bagus yang lebih mudah dari saya, supaya sinergi membantu gubernur membangun Jakarta Utara," katanya.
Rustam mengungkapkan sejumlah permasalahan yang belum diselesaikannya. Antara lain banjir. Menurutnya, perbaikan sistem tata air harus diprioritaskan.
"Ya memang utara ini yang harus kita perhatikan bagaimana penanganan banjir, banjir di utara kan sistem tata air harus diperhatikan, ya mulai kalinya, salurannya, tanggulnya, sistem pompanya, itu harus dibenerin, baru berkurang banjirnya," kata dia.
Kemudian mengenai masalah kebersihan dan tata ruang, juga harus jadi perhatian.
"Terus soal kebersihan, namanya sampah, kita bersihkan masyarakat kita ajak, agar rapi. Harus kita perbaikan Jakarta Utara, penanggulangan tata ruang. Ada ruang yang memang buat terbuka hijau memang harus dibenahi. Kalau di kolong tol banyak penghuni membuat ancaman keberadaan jalan tol itu sendiri," kata Rustam.
Rustam mundur tak lama setelah berseteru dengan Gubernur Jakarta Basuki Tjahaja Purnama (Ahok). Perseteruannya dengan Ahok mencuat setelah terjadi banjir di sebagian Jakarta Utara pekan lalu. Menurut Ahok banjir masih muncul karena pemerintah kota tidak sigap menertibkan bangunan liar yang menghambat saluran air sehingga ketika turun hujan air tak mengalir lancar dan air pun meluap kemana-mana.
Contohnya yang terjadi pemukiman yang berdiri di jalur hijau atau kolong tol kawasan Ancol. Ahok menekankan sebenarnya sudah sejak lama mengingatkan Rustam, namun menurutnya tak juga dikerjakan dengan baik.