Taufiq Ismail Dipaksa Berhenti Baca Puisi di Simposium Tragedi 65

Selasa, 19 April 2016 | 17:24 WIB
Taufiq Ismail Dipaksa Berhenti Baca Puisi di Simposium Tragedi 65
Simposium Tragedi 30 September 1965 di Jakarta, Selasa (19/4/2016). [Suara.com/Ummy Hadyah Saleh]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Hari kedua Simposium Nasional 65 "Membedah Tragedi 1965, Pendekatan Kesejarahan" yang difasilitasi oleh Kementerian Politik Hukum dan Keamanan dan Dewan Pertimbangan Presiden di Hotel Aryaduta, Jakarta, Senin (18/4/2016) sempat diwarnai sedikit kegaduhan. ‎

Suasana Simposium jadi riuh ketika sastrawan Taufiq Ismail membacakan puisi di tengah forum yang bercerita tentang kekejaman komunis membunuh masyarakat di sejumlah negara di dunia.

Pengamatan Suara.com, belum selesai membacakan puisi, Taufiq disoraki oleh peserta forum. Mayoritas peserta forum meminta penyair kondang itu menghentikan puisinya lantaran bukan semangat rekonsiliasi justru provokatif yang menyudutkan dan memusuhi kelompok komunis.

Karena suasana terlihat cukup tegang, akhirnya panitia meminta Taufiq menghentikan puisinya. Beberapa saat setelah itu, Taufiq tanpa pamitan meninggalkan forum simposium.

Seperti diketahui, Simposium Nasional diselenggarakan selama dua hari yakni tanggal 18 April hingga 19 April.‎ Materi hari kedua membahas Kesejarahan bangsa Indonesia yakni konstruksi bangunan ingatan terhadap tragedi 1965, dengan tujuan upaya memelihara ingatan tragedi 1965 Yang dilakukan masyarakat, sekaligus pola relasi sosiokultural yang muncul.

Lalu sesi kedua dengan kesejarahan bangsa Indonesia, bertema Masyarakat Indonesia pada masa reformasi, dengan konsep penyelesaian pelanggaran HAM berat.

Selain itu di sesi ketiga, Simposium Nasional membahas tema kesejarahan bangsa Indonesia, dengan tema masyarakat Indonesia pasca 1998. Adapun tujuan materi yakni gambaran tentang pemulihan korban atau penyintas di tingkat masyarakat, warga serta jangkauan dan tantangan.

Kemudian di sesi empat, tentang kesejarahan bangsa dengan tema masyarakat Indonesia masa depan. Materi tersebut bertujuan untuk menelaah terhadap upaya memaknai kembali hidup berbangsa berdasarkan penghormatan terhadap kemanusiaan keadilan, nilai-nilai moral dan etika.

Ketua Panitia Pengarah Simposium Nasional Agus Widjojo mengatakan kerangka dasar yang menjadi pertimbangan diselenggarakannya Simposium Nasional 'Membedah Tragedi 1965, Pendekatan Kesejarahan' yang digelar dua hari yakni 18 April - 19 April 2016, yakni dalam bentuk rekonsiliasi kepada korban pelanggaran HAM berat.

Selain itu, adanya Simposium Nasional bisa mengetahui secara lebih dalam apa yang salah dalam tragedi 1965 melalui metode pendekatan sejarah.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI