Inilah Jawaban Indonesia Sebagai Paru-Paru Dunia

Kamis, 14 April 2016 | 13:31 WIB
Inilah Jawaban Indonesia Sebagai Paru-Paru Dunia
Burung Kuntul Besar (Egretta alba) berada di sekitar pemukiman warga di kawasan Muara Angke, Jakarta, Senin (1/2). [suara.com/Kurniawan Mas'ud]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Menjaga kelestarian alam bukanlah sebatas tanam menanam pohon tapi menjaga kelestarian alam harus dipandang keseluruhan ekosistemnya. "Artinya perlu diperhatikan seluruh spesies tumbuhan dan satwa liar yang terikat dalam lingkaran kehidupan," kata Presiden Joko Widodo ketika memberikan sambutan pada Gerakan Nasional Penyelamatan Tumbuhan dan Satwa Liar di Pulau Karya, Kecamatan Kepulauan Seribu, Kabupaten Kepulauan Seribu, Kamis (14/4/2016). 

"Gerakan Nasional Penyelamatan Tumbuhan dan Satwa Liar adalah jawaban Indonesia atas permintaan dunia kepada kita untuk menjadi paru-paru dunia," ucap Presiden Jokowi dalam keterangan resmi, Kamis (14/4/2016).

Saat ini, lanjut Jokowi, tercatat 93 jenis burung yang merupakan bagian dari 236 jenis satwa yang dilindungi di Indonesia. "Dan pencanangan gerakan hari ini kita tandai dengan pelepasliaran 200 ekor tukik penyu sisik, 4 ekor penyu sisik dewasa, 4 ekor elang bondol, dan 200 ekor burung tekukur, cerucuk, dan kutilang," ujar mantan Gubernur DKI Jakarta tersebut.

Presiden Jokowi menjelaskan bahwa semua burung yang akan dilepaskan telah melalui prosedur pelepasliaran termasuk cek kesehatan oleh tim dokter hewan. "Hal seperti ini sering ditanyakan kepada saya karena sering melepas burung di Bogor," ujar Jokowi. 

Jokowi mengakui, banyak yang bertanya kepada dirinya, apakah burung-burung yang dilepas olehnya telah melalui karantina. "Sudah. Meski yang dibeli (saat itu) bukan yang dilepas," ucap Jokowi. 

Jokowi  yang merupakan lulusan Sarjana Kehutanan dari Universitas Gadjah Mada (UGM) menjelaskan bahwa dirinya paham betul mengenai pelepasan satwa ke alam. "Saya belajar masalah burung-mburung tiga semester," ujar mantan Walikota Solo tersebut yang disambut tepuk tangan para undangan.

Selain melepas satwa, Jokowi juga menanam atau transplantasi karang dan lamun sebanyak 1.000 spesimen oleh masyarakat dan restorasi hutan bakau (mangrove) dengan penanaman 5.000 bibit mangrove (Rizhopora Stylosa).

Dua Warisan Penting Anak Cucu

Di awal sambutan, Jokowi menjelaskan bahwa ada dua hal yang penting, yang perlu diwariskan kepada anak cucu kita. "Pertama adalah ilmu pengetahuan. Kedua adalah kelestarian alam. Penting sekali perlu kita ingat," tutur Jokowi.

Terlebih lagi, Indonesia di mata dunia dikenal sebagai negara yang kaya keanekaragaman hayati, dipandang sebagai negara mega-bio-diversity. "Kita juga dikenal sebagai paru-paru dunia, harapan dunia dan masa depan alam bergantung pada kelestarian alam Indonesia," kata Jokowi.

Jokowi mengingatkan bahwa komitmen dari berbagai pemangku kepentingan merupakan kunci keberhasilan Gerakan Nasional Penyelamatan Tumbuhan dan Satwa Liar. Selain komitmen, kerja keras dan keberlanjutan gerakan juga memegang peranan penting dari gerakan ini. “Percuma kita canangkan, kita luncurkan, tapi seperti kembang api, meriah sebentar lalu langsung hilang dan padam. Jangan seperti itu,” tegas Jokowi.

Jokowi menambahkan bahwa para menteri dan kepala lembaga jangan lagi mengadakan acara-acara seremonial seperti model “kembang api”. Gerakan Nasional, lanjut Presiden, harus solutif, berkelanjutan, dan terukur hasilnya. “Tidak boleh lagi hanya melaporkan output kegiatan. Saya tidak mau terima laporan sudah dilaksanakan 1000 seminar atau 200 sosialisasi yang dihadiri oleh ribuan orang,” ujar Jokowi.

Saat ini sudah saatnya berbicara tentang dampak dari sebuah gerakan nasional. Untuk Gerakan Nasional Penyelamatan Tumbuhan dan Satwa Liar misalnya, dampak yang dilihat adalah berapa jenis tumbuhan yang bertambah, berapa satwa liar yang diselamatkan, berapa kadar polusi yang berkurang. “Kongkrit, nyata,  jelas,” ucap Jokowi.

“Hasil-hasil yang benar, hasil-hasil yang ada manfaatnya, itu yang ingin saya lihat, itu yang rakyat ingin lihat. Kalau tidak, kita potong saja anggarannya,” tegas Jokowi

Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Siti Nurbaya mengatakan bahwa dalam memperingati Hari Hutan Internasional dan Hari Bakti Rimbawan, serta jelang Hari Lingkungan Hidup terdapat perspektif penting sebagaimana yang sering disampaikan oleh Presiden Jokowi. "Hutan dan lingkungan merupakan keserasian kehidupan," ucap Siti dalam kesempatan yang sama.

Oleh karenanya, lanjut Siti, Indonesia perlu memperkuat unsur kehidupan sehingga menjadi agenda penting dan dilaksanakan di seluruh pelosok tanah air. "Agar terciptanya Lingkungan bersih dan masyarakat yang sehat serta dalam tata pemerintahan yang baik," ujar Menteri dari Partai Nasdem tersebut. 

Usai memberikan laporan, Siti menyerahkan bantuan sepeda dan tong sampah kepada perwakilan 3 kepala sekolah dari 25 sekolah yang ada di Kepulauan Seribu dan juga menyerahkan lima buku berjudul "Pariwisata Alam 51 Taman Nasional Indonesia" dan satu buku "Informasi Lembaga Konservasi."

Turut hadir mendampingi Presiden, Kepala Staf Kepresidenan Teten Masduki, Panglima TNI Jenderal TNI Gatot Nurmantyo, Kapolri Jenderal Pol Badrodin Haiti dan Wakil Gubernur DKI Jakarta Djarot Sjaiful Hidayat.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI