Saat Ditangkap, Siyono Masih Punya Senjata

Rabu, 13 April 2016 | 15:43 WIB
Saat Ditangkap, Siyono Masih Punya Senjata
Pelantikan Irjen Polisi Tito Karnavian sebagai Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) oleh Presiden Joko Widodo di Istana Negara, Jakarta, Selasa (16/3/2016). [Setpres/Laily Rachev]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Di hadapan Komisi III, BNPT pastikan Siyono masuk kelompok Jamaah Islamiyah yang berbahaya. Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Komjen Pol Tito Karnavian menegaskan bahkan Siyono masih memiliki senjata. ‎

"Siyono adalah bagian dari Jamaah Islamiyah," kata Tito dalam rapat dengar pendapat umum dengan Komisi III DPR, Rabu (13/4/2016).

Tito menerangkan, Jamaah Islamiyah ini tidak habis setelah tewasnya Nurdin M Top pada 2009 dan ditangkapnya Abu Bakar Baasir. Tito menegaskan, Jamaah Islamiyah masih ada dan hanya melemah kekuatannya.

Mantan Kapolda Metro Jaya ini bercerita, pengungkapan kelompok Jamaah Islamiyah baru ini terjadi pada tahun 2014‎ dari penangkapan sembilan orang tersangka. Kasus ini sudah disidangkan dengan barang bukti bahan peledak dan senjata api.

"Ternyata masih ada senjata yang disimpan (dari jaringan ini). Pada tahun 2015, ditangkap lima orang lagi. Mereka mengakui masih ada senjata yang disimpan kepada orang yang namanya Awang," kata Tito.

Awang, kata Tito, ditangkap awal Maret tahun ini. Ternyata dia mengakui menitipkan senjatanya kepada Siyono. Saat ditangkap, Siyono pun mengaku masih memiliki senjata yang dia titipikan ke seseorang bernama Tomi di Wonogiri, Jawa Tengah.

‎"Yang tepat beri keterangan adalah Polri, karena domainnya ada di densus, struktrnya dibawah Polri. Dan ada penyelidikan dari Polri. Dan untuk kematian Siyono, itu penyidikannya berjalan di Propam," tutur Tito.

‎Tito punya cerita sendiri dalam menghadapi Jamaah Islamiyah. Menurutnya, kelompok ini kelompok yang militan. Dia mengaku kesulitan menghadapi kelompok ini. Sebab, kelompok ini terlatih dan siap perang.

"Dari pengalaman saya, kelompok ini yang paling berat. Mereka siap untuk mati, terlatih counter intelejen, counter surveilence, dan siap untuk perang," katanya.

Tito menambahkan, mereka punya kepercayaan sendiri bila mereka melakukan eksekusi peledakan atau tertembak oleh petugas. Kepercayaan mereka, bila menemukan peristiwa ini, jaminannya adalah masuk surga.

"Mereka mencari momentum itu. Kadang saya tanya, gimana kalau saya lepaskan borgol kamu, kamu meledakan diri, 'jangan pak, itu masuk neraka'," cerita Tito.

REKOMENDASI

TERKINI