Lapas Jadi Tempat Perencanaan Aksi Terorisme

Rabu, 13 April 2016 | 12:35 WIB
Lapas Jadi Tempat Perencanaan Aksi Terorisme
Pelantikan Irjen Polisi Tito Karnavian sebagai Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) oleh Presiden Joko Widodo di Istana Negara, Jakarta, Selasa (16/3/2016). [Setpres/Laily Rachev]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Ketua Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Komjen Pol Tito Karnavian mengatakan, Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) sering dijadikan tempat untuk merencanakan aksi teror.

Seperti proses perencanaan ‎bom Jalan Thamrin pada Januari tahun ini, Tito mengatakan, hal itu dilakukan di Nusakambangan. Perencanaan ini dirapatkan oleh tiga orang, yaitu Abu Gar, Aman Abdurahman dan Darmawan alias Rois.

‎"Bom jalan Thamrin, yang empat orang meninggal, empat orang tersangkanya, ini juga sudah diungkap Densus 88, ada hampir 10 orang yang ‎ditangkap terkait kasus Bom Jalan Thamrin, di antara tersangka Abu Gar dan dia katakan perencanaan bom jalan Thamrin dilaksanakan di Lapas Nusakambangan, antara Abu Gar, Aman Abdurahman, dan Darmawan alias Rois," kata Tito dalam rapat dengar pendapat umum dengan Komisi III DPR, Rabu (13/4/2016).

Dia menambahkan, dalam jaringan Bom Jalan Thamrin ini juga diberikan kemudahan untuk melakukan komunikasi dengan orang luar. Sehingga, sambung Tito, hal itu memudahkan para pelaku untuk melakukan perencanaan kegiatannya.

"Kita paham dari Kasus Bom Jalan Thamrin, ternyata anggota jaringan dapat menyebrang dengan mudah Lapas Nusakambangan dengan cover kunjungan keluarga atau kunjungan teman, mereka justru komunikasi, sampaikan informasi, kordinasi, dan bahkan melakukan perencanaan di sana," ujar Mantan Kapolda Metro Jaya ini.

Selain itu, sambung Tito, pada 2010 juga terjadi perencanaan kasus terorisme lain, yaitu pelatihan paramiliter di Janto, Aceh. Tito mengatakan, perencanaan kasus ini dilakukan di Lapas Cipinang pada 2010.

"Ada 70 orang kami tangkap, mereka katakan, ada kontingen-kontingen dari brbagai daerah dan perencanaannya dilakukan justru di Lapas cipinang tahun 2010," tutur dia.

‎Karenanya, Tito berharap ada manajemen yang lebih baik dan treatment khusus untuk narapidana terorisme di Lapas. Atau, alternatif lain, membuat maximum ‎security, di mana ada pembatasan komunikasi terutama napi-napi yang masuk kategori high risk, dan bila mungkin, para napi ditempatkan di pulau terpencil yang sulit dikunjungi.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI