Daya Sembur Lumpur Bojonegoro Melemah

Rabu, 13 April 2016 | 10:42 WIB
Daya Sembur Lumpur Bojonegoro Melemah
Sejumlah pengunjung menerobos garis polisi yang dipasang di semburan air bercampur lumpur di Desa Jari, Gondang, Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur, Minggu (10/4). (Antara)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Semburan lumpur bercampur air di Desa Jari, Gondang, Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur, Rabu, di empat lokasi yang masih dalam satu kawasan semakin mengecil dengan debit di bawah 0,5 liter per detik.

Kasi Ketenteraman, Ketertiban, dan Perlindungan Masyarakat Kecamatan Gondang, Bojonegoro, Eko Wage mengatakan debit semburan lumpur bercampur air di Desa Jari yang besarnya 0,5 liter per detik dua hari lalu, sekarang semakin mengecil.

"Informasi yang kami terima dari desa untuk debit semburannya semakin mengecil, tapi kami belum melakukan penghitungan debit yang sekarang ke luar," kata dia di Bojonegoro, Rabu (13/4/2016).

Ia membenarkan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Nganjuk, memasang alat deteksi gempa di rumah warga yang berdekatan dengan lokasi semburan lumpur bercampur air, Minggu (10/4/2016).

"Empat hari setelah muncul semburan, petugas BMKG Nganjuk memasang alat deteksi gempa di sebuah rumah warga (Sekitar tiga kilometer dari lokasi semburan)," ujar dia.

Terkait dengan pemasangan alat pengukur gempa oleh BMKG Nganjuk, juga disampaikan Kasi Pencegahan dan Kesiapsiagaan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Bojonegoro Sukirno.

"Alat yang dipasang itu, untuk mengukur titik pusat gempa yang terjadi di daerah setempat," kata dia.

Rencananya, kata dia, petugas BMKG Nganjuk datang ke Desa Jari untuk mengambil alat pengukur gempa yang dipasang di rumah seorang warga.

"Pengambilan alat pengukur gempa akan dilakukan hari ini," ucapnya.

Ahli Tektonik dari Universitas Pembangunan Nasional Veteran (UPNV) Yogyakarta Dr. Jatmiko Setiawan menjelaskan kebocoran gas yang terjadi di Desa Jari, Kecamatan Gondang, berada di lokasi yang dangkal.

"Dari sejarah geologi Bojonegoro bisa disimpulkan kebocoran gas yang terjadi di lokasi dangkal, sehingga aman tidak seperti lumpur Sidoarjo," katanya.

Bahkan, kata dia, kalau tidak dalam kondisi musim hujan maka yang keluar dari daerah setempat hanyalah gas, tanpa air, dan lumpur.

"Dimungkinkan keluarnya gas hanya kecil dan bisa jadi Kahyangan Api ke-2 di Bojonegoro jika disulut api dan selalu keluar gas, maka api tidak pernah akan padam," kata dia.

Seorang warga Desa Jari, Kardjo, sebelumnya menjelaskan warga merasakan gempa yang terjadi di desanya, sebelum muncul semburan lumpur bercampur air, sekitar dua bulan lalu.

"Warga di sekitar Desa Jari merasakan gempa terus-menerus selama dua pekan," ucapnya. (Antara)

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI