Suara.com - Kematian terduga teroris Siyono yang ditangkap Densus 88 akhirnya terungkap usai dilakukan autopsi, Minggu (3/4/2016). Autopsi dilakukan oleh 10 dokter ahli forensik, sembilan dokter forensik dari Muhammaddiyah dan satu dokter forensik dari Kepolisian Daerah Jawa Tengah.
Ketua Komisi Nasional Hak Asasi Manusia Siane Indriani menuturkan jenazah Siyono tidak pernah dilakukan autopsi sebelumnya. Adapun hasil autopsi kata Siane, penyebab kematian akibat dari benda tumpul di bagian rongga dada.
"Kematian Siyono akibat dari benda tumpul yang ada di bagian rongga dada. Ada patah tulang di bagian kiri ada lima ke dalam, sebelah luka patah sebelah kanan ada satu ke luar (menonjol)," ujar Siane dalam jumpa pers hasil autopsi di Gedung Komnas HAM, Jakarta, Senin (11/4/2016).
"Tulang dada dalam kondisi patah, kemudian ke arah jantung. Sehingga itu yang mengakibatkan kematian yang lumayan fatal. Titik kematian ada di situ," sambungnya.
Tak hanya itu, dari hasil autopsi juga ditemukan luka di bagian kepala.
"Memang ada luka di bagian kepala tapi ada semacam ketokan tapi tidak menyebabkan kematian dan tidak terlalu banyak pendarahan," kata Siane.
Selain itu, kata Siane dari seluruh rangkaian hasil autopsi ini tidak ditemukan adanya perlawanan dari Siyono saat ditangkap Densus 88.
"Dari luka-luka yang diteliti. Tidak ada perlawanan dari Siyono, tidak ada luka defensif," ungkapnya.
Dalam jumpa pers hasil autopsi hadir pula Ketua PP Muhammadiyah Busyro Muqqoddas, Ketua Pemuda Muhamaddiah Dahnil Anwar Simanjuntak, Ketua Kontras Haris Azhar, Ketua Tim Dokter Forensik Muhammadiyah Gatot Suharto.