"Beliau adalah sosok serorang ibu yang baik dan konsisten menjaga nilai-nilai ideal dunia pers," kata Errol Jonathans, CEO Radio Suara Surabaya, yang selama beberapa tahun ini menjadi juri untuk Anugerah Adinegoro.
Dia sangat tajam dan kritis melihat karya jurnalistik di Indonesia yang menurutnya masih sekedar memberi laporan, bahkan kadang kurang memikirkan dampak pemberitaan kepada masyarakat luas.
"Mengapa karya yang masuk kebanyakan hanya berita-berita yang suram? padahal banyak hal bisa ditulis untuk membuat masyarakat, pemerintah dan pihak-pihak lain sadar dan tergerak untuk memajukan bangsa. Pers harus bisa membuat orang bangga menjadi bangsa Indonesia sehingga bersama-sama terus membangun dan memperkenalkan Indonesia ke dunia luar," ujarnya.
Amalia E. Maulana yang juga berturut-turut selama enam tahun ini menjadi salah seorang juri Anugerah Adinegoro menilai Astrid sebagai sosok berbudi halus, baik hati dan menjadi kesayangan banyak orang.
"Sedih, belum sempat menengok meskipun saya sangat ingin menengoknya. Kita kehilangan seorang sosok yang baik," tutur fotografer Enny Nuraheni.
Astrid, alumni Lemhannas dan mantan Direktur Konfederasi Wartawan ASEAN di PWI Pusat, pernah mengharapkan wartawan Indonesia dapat membuat karya yang bermanfaat bagi bangsa, memacu kreativitas seperti cita-cita Adinegoro .
Bagi orang-orang di lingkungannya, Astrid memang dikenal sebagai sahabat yang baik dan berusaha membuat orang lain merasa nyaman, bahkan pada saat sakit dan menjalani perawatan, dia kerap menghibur orang-orang yang datang menengok atau yang menelepon.
"Beberapa hari lalu saya menelepon meminta izin untuk menengok, tetap Bu Astrid menelepon dan bertanya tentang kesehatan saya, dan mengatakan bahwa beliau sehat dan minta didoakan," kata Taty Mansyur, staf sekretariat di PWI Pusat yang selama ini rajin menengoknya.
"Semoga penitia tetap Anugerah Adinegoro dapat menjalankan pesan-pesan Bu Astrid dngan baik dan didukung oleh para juri," tutur Rita Sri Hastuti, wartawan senior yang juga sering menjadi juri.
Selama menjalani perawatan kesehatan ke Singapura maupun di Jakarta, Astrid menunjukkan sikap sebagai pasien yang penuh semangat dan ingin bebas dari penyakitnya.