Siyono Tewas Usai Dijemput Densus, Dipukul Pakai Gagang Pistol

Sabtu, 09 April 2016 | 11:21 WIB
Siyono Tewas Usai Dijemput Densus, Dipukul Pakai Gagang Pistol
Kepala Divisi Humas Markas Besar Polri Inspektur Jenderal Anton Charliyan menjelaskan kenapa jenazah Siyono (34) tidak diautopsi setelah meninggal dunia. [suara.com/Welly Hidayat]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Pengurus Pusat Muhammadiyah masih menunggu hasil autopsi terhadap jenazah Siyono. Terduga teroris asal Dukuh, Desa Pogung, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah, meninggal dunia tidak lama setelah dibawa aparat Densus 88 Antiteror Mabes Polri untuk pengembangan kasus.

Kematian Siyono menyita perhatian kalangan pembela HAM yang menilai ada yang janggal dari kematiannya. Dia meninggal diduga kuat karena dianiaya aparat Densus 88.

Komisioner Komisi Nasional Hak Asasi Manusia Hafid Abbas mengatakan misteri kematian Siyono perlahan dan pasti mulai terungkap.

Komnas HAM saat ini bekerjasama dengan Muhammadiyah untuk mengautopsi jenazah Siyono. Sebelum diautopsi, mereka sempat khawatir dengan reaksi polisi.

"Kami ucapkan terimakasih kepada PP Muhammadiyah atas kerjasamanya yang begitu intensif dan profesional sehingga kasus kepergian kematian Siyono mulai terungkap," ujar Hafid di gedung Dakwah Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Menteng, Jakarta, semalam.

Hafid menuturkan hasil autopsi sementara menunjukkan tunbuh Siyono penuh luka memar.

Hasil autopsi sementara ini, kata Hafid, telah disampaikan kepada istri Siyono, Suratmi.

Autopsi jenazah Siyono dilakukan 10 dokter forensik, yakni sembilan dokter ahli forensik dari rumah sakit Muhammadiyah dan satu dokter forensik dari Polda Jawa Tengah.

"Beliau meninggal karena ada luka dari sejumlah tubuhnya, karena ada bekas pukulan benda tumpul. ditemukan patah tulang pada bagian dada juga di bagian kepala. Seperti ujung pistol dan pegangannya dipakai untuk memukul Siyono," katanya

Hafid menambahkan hasil autopsi lengkap akan diperoleh dalam waktu dekat dan akan disampaikan kepada publik.

"Kami akan dengar hasil kajian dari tim forensik Muhammadiyah dan dilengkapi dengan keterlibatan tim forensik dari polda. Mudah-mudahan satu dua hari ini hasilnya bisa terbuka," katanya.

Mantan Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Din Syamsuddin menilai autopsi yang dilakukan tim dokter rumah sakit Muhammadiyah dan Polda Jawa Tengah terhadap jenazah Siyono bertujuan untuk mencari kebenaran.

"Kita jelas membela keadilan. Almarhum Siyono logika dan nalar kita sederhana, kita melakukan autopsi karena ingin menegakkan kebenaran. Mereka yang menyerang Muhammadiyah itu adalah pernyataan naif, mereka tidak menerima kebenaran," ujar Din melalui rekaman video yang diputar pada acara Pengajian Bulanan Pimpinan Pusat Muhammadiyah dengan tema Pemberantasan Terorisme Yang Pancasilais dan Komprehensif di gedung Dakwah Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Menteng, Jakarta, semalam.

Pernyataan Din agaknya untuk merespon pernyataan Mabes Polri. Sebelumnya Mabes Polri menyayangkan ada pihak yang melindungi Siyono. Kepala Divisi Humas Polri Brigjen Anton Charliyan menyebut kelompok itu sengaja memprovokasi agar polisi dianggap sengaja menghilangkan nyawa Siyono.

"Ada golongan tertentu yang pro teroris. Dia (Siyono) teroris, pegang senjata, dan ada yang membela. Silakan Anda saja yang menilai," ujar Anton di Mabes Polri, Jakarta, Selasa (5/4/2016).

Tapi, Anton tidak menyebutkan siapa kelompok yang dia maksud. 

Anton mengungkapkan ketika itu informasi dari Siyono sangat dibutuhkan Densus 88 untuk mengungkap jaringan Neo Jamaah Islamiyah. Siyono, kata dia, menjabat kepala staf bagian persenjataan.

"Jangan sampai kita terprovokasi oleh gerakan teroris. Di luar negeri masif memerangi terorisme. Di Indonesia hanya masalah kecil, ada kelompok tertentu ingin menyalahkan Densus," kata Anton.

Tetapi proses penangangan Siyono yang masih terduga teroris itu menjadi perhatian serius Komnas HAM, Komisi Untuk Orang Hilang dan Tindak Kekerasan, dan PP Muhammadiyah.

REKOMENDASI

TERKINI