Dinilai Hina Raja, Marie Claire Edisi Lama Dilarang di Thailand

Esti Utami Suara.Com
Sabtu, 09 April 2016 | 00:57 WIB
Dinilai Hina Raja, Marie Claire Edisi Lama Dilarang di Thailand
Raja Thailand Bhumibol Adulyadej saat menghadiri perayaan 65 tahun penobatannya (Reuters/Athit Perawongmeta)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Pemerintah Thailand, Jumat (8/4/2016) secara resmi melarang peredaran majalah perempuan Marie Claire edisi November 2015, karena di dalamnya memuat artikel yang dinilai menghina keluarga kerajaan.

Di negara berjuluk negeri gajah putih itu, kritik  kepada keluarga kerajaan memang dilarang oleh undang-undang, dan pelakunya bisa dikenai hukuman hingga 15 tahun penjara.

Dalam pengumuman yang ditandatangani oleh kepala polisi Thailand yang dimuat di Royal Gazette, disebutkan artikel tentang keluarga kerajaan dalam edisi November 2015 dari Marie Claire di Perancis dinilai sebagai fitnah yang dapat membahayakan keluarga kerajaan, serta mempengaruhi "keamanan dan ketertiban nasional, serta mempengaruhi moral orang-orang."

Pengumuman itu menyebutkan semua salinan yang  ditemukan akan disita dan dimusnahkan.

Raja Bhumibol Adulyadej yang kini berusia 88 tahun, sangat dihormati di kalangan rakyat Thailand. Kekhawatiran atas kondisi kesehatannya serta suksesi telah melatar belakangi krisis politik yang sudah berlangsung lebih dari satu dekade di negeri itu. Raja Bhumibol dirawat di sebuah rumah sakit Bangkok sejak Mei 2015, dan berita tentang kesehatannya dikontrol ketat oleh istana.

Media di Thailand, memang sangat ketat dalam memberlakukan sensor diri. Majalah Economist telah beberapa kali menolak konten tentang keluarga kerajaan untuk pelanggan di dalam negeri. Pada bulan Desember, International New York Times muncul di Thailand dengan ruang kosong yang seharusnya untuk artikel tentang kekayaan keluarga Kerajaan.

Penuntutan untuk penghinaan untuk keluarga kerajaan meningkat pesat di bawah pemerintahan militer pendukung kerajaan yang merebut kekuasaan dalam kudeta 2014. (Reuters)

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI