Suara.com - Istri dan dua buah hati korban sandera kelompok yang menamakan diri Abu Sayyaf di Filipina menunggu kepulangan sang ayah di Kendari, Sulawesi Tenggara dengan perasaan cemas.
"Kami berharap Pak Suriansah sebagai suami dan ayah sebagai tulang punggung keluarga kembali di Kendari dalam keadaan selamat," kata istri korban Idawati di Kendari, Jumat (8/4/2016).
Suriansah adalah ayah dari dua orang anak yang masih duduk di bangku kelas 3 dan kelas 1 Sekolah Dasar 7 Baruga.
Suriansah, yang bersama sembilan orang rekannya yang disandera kelompok Abu Sayyaf pada 23 Maret 2016 lalu di perairan Filipina, adalah kepala kamar mesin II.
Kelompok Abu Sayyaf sendiri sudah meminta tebusan sebesar Rp15 miliar untuk para sandera dan memberi batas waktu hingga 8 April kemarin. Hingga saat ini proses negosiasi dengan kelompok bersenjata yang berbasis di Filipina itu belum diketahui hasilnya.
"Terakhir bapak berkomunikasi dengan saya dan anak-anak menjelang bertolak ke Filipina. Setiap bapak mau berlayar selalu berbicara dengan saya dan anak-anaknya di Kendari," lanjut Idawati ketika ditemui Antara.
Idawati yang diselimuti kesedihan dan rasa cemas menambahkan bahwa suaminya berada di Kendari pada Oktober 2015.
"Pada Oktober 2015 bertemu anak-anak dan keluarga saat beroperasi rute Kabupaten Morowali, Sulawesi Tengah dan Torobulu, Kabupaten Konawe Selatan, Sulawesi Tenggara," tambah Idawati dengan mata berkaca-kaca.
Ia berharap agar pemerintah Indonesia dapat menyelamatkan suaminya dari cengkraman pelaku sandera.
"Suami saya dan ayah dari Adnansah Suriansah (anak sulung) dan Azza Aisiyah (anak bungsu) mencari nafkah untuk keluarga tetapi kerja keras juga memberi kontribusi devisa untuk negara," ujarnya.