Keganjilan di "Panama Papers", ke Mana Orang-orang Kuat Amerika?

Ruben Setiawan Suara.Com
Jum'at, 08 April 2016 | 14:49 WIB
Keganjilan di "Panama Papers", ke Mana Orang-orang Kuat Amerika?
Logo firma Mossack Fonseca di Panama City. (Reuters)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Ratusan nama orang Amerika Serikat (AS) akhirnya muncul di tengah heboh pengungkapan "Panama Papers", termasuk sederet pengusaha AS yang pernah dipidana atas kejahatan keuangan. Namun, tetap saja, tidak ada tokoh besar AS di antara tumpukan nama tersebut.

USA today melansir, identitas para warga AS tersebut muncul dari tumpukan data yang diperoleh surat kabar Jerman Suddeutsche Zeitung, Konsorsium Jurnalis Investigas Internasional (ICIJ), dan ratusan organisasi media lainnya. Sejauh ini ICIJ sudah mengidentifikasi lebih dari 200 orang beralamatkan AS yang diketahui memiliki perusahaan offshore dalam data firma hukum Mossack Fonseca.

Beberapa diantaranya adalah pensiunan yang membeli real estate di tempat-tempat seperti Kosta Rika dan Panama. Sementara itu, beberapa diantaranya adalah warga AS yang pernah terjerat kejatahan keungan serius di negeri Abang Sam.

Salah satunya, seperti pertama kali dilaporkan oleh surat kabar McClatchy Newspapers, adalah pebisnis Wall Street, Benjamin Wey. Pada bulan September tahun lalu, Wey pernah didakwa atas kasus penipuan, konspirasi, dan pencucian uang dengan memanfaatkan anggota keluarganya, menyembunyikan sejumlah besar saham di perusahaan-perusahaan merger antara perusahaan China dan AS. Ia meraup keuntungan ilegal bernilai jutaan Dolar dengan cara memanipulasi harga saham. Kejaksaan menyebut, ia dibantu bankirnya di Swiss, Seref Dogan Erbek, yang juga terkena dakwaan.
Dalam kasus Wey, Mossack Fonseca membantu mendirikan perusahaan offshore yang digunakan untuk memanipulasi saham. Lewat akun Twitternya, Wey membantah bahwa dirinya memiliki akun asing, mengendalikan akun asing, atau membuat perusahaan lewat Mossack Fonseca.

Kemudian ada pula Robert Miracle, warga Bellevue, Washington yang sudah divonis 13 tahun penjara pada tahun 2011 atas dakwaan penipuan dan pengemplangan pajak sebagai bagian dari investasi palsu dengan skema ponzi yang melibatkan sebuah sumur minyak di Indonesia.

Miracle menjual saham kepada Laramie Petroleum, MCube Petroleum, Diski Limited Liability Company, Basilam Limited Liability Company, dan Halmahera-Rembang Limited Liability Company. Ia dan komplotannya mengatakan kepada para investor bahwa pemasukan perusahaan berasal dari pembangunan sumur minyak dan layanan minyak dan gas di Indonesia. Nyatanya, pemasukan dari investor baru dipakai untuk membayar investasi dari investor sebelumnya.

Selain itu, mengutip dari Times of India, ada pula jutawan Hollywood David Geffen, salah satu pendiri perusahaan rekaman Asylum Records dan Dreamworks SKG.

Namun, hingga saat ini, para jurnalis yang tergabung dalam ICIJ belum juga menemukan nama-nama besar dari Amerika Serikat yang setara levelnya dengan Perdana Menteri Rusia, Perdana Menteri Islandia, Perdana Menteri Inggris, dan banyak lainnya.  Jawabannya mungkin terletak pada metode yang dipakai untuk menelisik jutaan dokumen tersebut.

BBC, salah satu dari segelintir media yang berkesempatan menganalisis data "Panama Papers", menyiratkan bahwa sebagian besar nama-nama kepala negara, mantan kepala negara, orang dekat kepala negara, dan politisi yang dibeberkan ke publik ditemukan pula dalam daftar hitam Amerika Serikat. Alhasil, sebagian nama yang muncul pun berasal dari negara-negara non-Barat seperti Rusia, Korea Utara, Suriah, dan banyak lainnya.  

Marina Walker Guevara, wakil direktur ICIJ, mengakui, banyak nama Amerika, namun sebagian besar adalah warga negara sipil. Kendati demikian, Marina yakin bahwa Amerika justru salah satu pemain besar dalam sistem offshore.

Salah satu alasan kenapa langka nama besar AS di Panama Papers adalah karena Panama - negara berbahasa tutur Spanyol - bukanlah negara utama yang jadi tujuan orang Amerika untuk menyembunyikan hartanya. Hal itu diungkap Nicholas Shaxson, penulis "Treasure Islands: Tax Havens and the Men who Stole the World".

"Orang-orang Amerika punya banyak pilihan negara surga pajak," kata Nicholas seperti dikutip Times of India.

Lagipula, mereka tidak perlu pergi ke luar negeri untuk menyembunyikan hartanya. Pasalnya, otoritas sejumlah negara bagian seperti Delaware dan Wyoming mengizinkan pendirian dan operasi perusahaan semacam itu, yang bisa menyamarkan identitas dari pemilik dana sesungguhnya.

REKOMENDASI

TERKINI