Putin Sebut "Panama Papers" Dipakai untuk Goyahkan Rusia

Ruben Setiawan Suara.Com
Kamis, 07 April 2016 | 20:17 WIB
Putin Sebut "Panama Papers" Dipakai untuk Goyahkan Rusia
Presiden Rusia Vladimir Putin. (Reuters)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Presiden Rusia Vladimir Putin, Kamis (7/4/2016), akhirnya buka suara soal kemunculan nama orang-orang dekatnya dalam dokumen "Panama Papers" yang dalam beberapa hari belakangan jadi headline pemberitaan media massa dalam dan luar negeri. Putin menegaskan, tidak ada elemen korupsi terkait dengan data keuangan firma hukum Mossack Fonseca yang bocor ke publik tersebut.

Putin meyakini, heboh "Panama Papers" dijadikan negara-negara "musuh" untuk menggoyahkan kedaulatan Rusia.

"Para musuh kami di atas segalanya amat khawatir terhadap persatuan dan konsolidasi bangsa Rusia, dan rakyat Rusia yang multi-nasional. Mereka berupaya menggoyang kami dari dalam, untuk membuat kami patuh pada mereka," tegas Putin seperti dikutip Reuters.

"Jadi mereka menciptakan sebuah produk informasi," lanjutnya, tanpa menyebutkan secara detil, siapakah yang ia sebut sebagai "musuh".

Lebih lanjut, Putin menentang tudingan soal adanya korupsi yang melibatkan teman dekatnya, seorang pemain cello, Sergei Roldugin.

"Ada teman tertentu dari presiden Rusia, ia melakukan hal tertentu, dan mungkin ada elemen korupsi di sana. Namun, nyatanya tidak ada (elemen korupsi," pungkas Putin.

Seperti dikabarkan sebelumnya, dalam dokumen "Panama Papers", Sergey Roldugin, ayah baptis putri Putin, Maria, memiliki tiga perusahaan offshore. Sementara teman masa kecil Putin, Arkady dan Boris Rotenberg memiliki tujuh perusahaan offshore yang terdaftar di British Virgin Islands.

Pada Senin, 4 April lalu, juru bicara Vladimir Putin, Dmitry Peskov, langsung memberikan sanggahan menyusul munculnya dokumen tersebut. Peskov menyatakan, pengungkapan dokumen ditujukan untuk merusak citra Putin menjelang pemilihan umum parlemen yang akan digelar dalam waktu dekat, dan pemilihan presiden dua tahun mendatang.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI