Suara.com - Relawan Teman Ahok santai menanggapi surat terbuka atas nama Drs. Eryanto Wibowo yang berisi pernyataan menerima tantangan Gubernur Jakarta Basuki Tjahaja Purnama perihal minta dibunuh.
"Kita biasa aja sih, toh kemarin ada yang mau pakai dukun supaya Ahok ditangkap KPK, ternyata ada orang lain yang ditangkap sama KPK itu, jadi yang gitu dibiarin aja," kata Richard Haris Purwasaputra, salah satu pendiri Teman Ahok, di Posko Teman Ahok, Graha Pejaten, Jalan Pejaten Raya, Pasar Minggu, Jakarta Selatan, Jumat (1/4/2016).
Surat terbuka tersebut beredar di grup-grup WhatsApp wartawan. "Saya yang jawab tantangan anda, saya yang akan bunuh anda. Apapun resikonya, jangan tangan rakyat NKRI yang berdarah, tangan saya saja yang berdarah membunuh anda sesuai keinginan anda," demikian potongan surat Drs. Eryanto Wibowo yang ditulis dalam huruf kapital semua.
Richard menganggap pernyataan Ahok biasa-biasa saja.
"Pak Ahok itu kan seorang Kristen, di dalam kitab sucinya dia (Ahok) ada sebuah ayat yang menyatakan mati itu adalah sebuah keberuntungan, karena dia bisa langsung ketemu Tuhannya," kata Richard.
Menurut Richard, Ahok sering menekankan Ahok tidak takut mati selama apa yang dilakukan demi kebaikan.
"Dia (Ahok) sering menekankan kalau dia emang tidak takut mati, kalau emang pada akhirnya harus terbunuh, menjadi politisi pertama yang terbunuh di Indonesia, karena di Amerika sudah sering, sebenarnya tidak jadi masalah, yang penting saya melakukan apa yang menurut saya baik, dan menurut orang-orang itu baik, dan orang sudah bisa merasakan tindakan nyata dari saya, itu prinsipnya pak Ahok," kata Richard.
Relawan Teman Ahok sama sekali tidak terpengaruh dengan surat terbuka tersebut. Relawan tetap fokus mengumpulkan fotokopi KTP, mengingat targetnya sejuta lembar.
Surat terbuka tersebut terdiri dari sembilan alenia.
Pada bagian lain, dia menulis dengan kalimat bernada rasis. Di bagian akhir suratnya, ditulis dengan tembusan Panglima TNI, Kapolri, Pangdam Jaya, Kapolda, Komandan Garnisum Tetap 1 Ibu Kota.