Suara.com - Awalnya, Gubernur Jakarta Basuki Tjahaja Purnama geram dengan pernyataan Duta Besar Indonesia untuk Jepang Yusron Ihza Mahendra yang dinilai rasis. Yusron adalah adik kandung Yusril Ihza Mahendra. Keduanya sama-sama politisi Partai Bulan Bintang. Yusril sendiri sekarang berhasrat untuk menggantikan Ahok melalui ke pilkada Jakarta tahun 2017.
Ahok senang pilkada Jakarta nanti diikuti banyak kandidat. Soalnya, menguntungkan warga. Tetapi, kata Ahok, yang terpenting jangan sampai menakut-nakuti.
"Jangan nakut-nakuti. Ada yang nge-twit nakuti. Kasihan keturunan Cina miskin, nanti dibantai gara-gara Ahok," kata Ahok di Balai Kota Jakarta, Rabu (30/3/2016) lalu.
Ahok lebih senang siapapun yang ingin maju jadi calon gubernur mengedepankan adu program, bukan memperdagangkan isu agama dan rasis. Menurut dia menjual isu SARA untuk mencari dukungan merupakan aksi tak terpuji dan malah menjelek-jelekkan Tuhan.
"Tuhan saja nggak rasis, kamu Islam, saya Kristen, Tuhan kasih udara ke kita yang sama. Bila Tuhan menganggap Kristen kafir, bunuh saja gue sekarang," kata Ahok.
Setelah mengatakan itu, muncul kehebohan lagi. Saat ini, Jumat (1/4/2016), beredar surat terbuka atas nama Drs. Eryanto Wibowo. Dia merespon pernyataan terakhir Ahok.
Surat terbuka yang beredar di grup-grup WhatsApp wartawan untuk menerima tantangan Ahok perihal minta dibunuh.
"Saya yang jawab tantangan anda, saya yang akan bunuh anda. Apapun resikonya, jangan tangan rakyat NKRI yang berdarah, tangan saya saja yang berdarah membunuh anda sesuai keinginan anda," demikian potongan surat Drs. Eryanto Wibowo yang ditulis dalam huruf kapital semua.
Surat terbuka tersebut terdiri dari sembilan alenia.
Pada bagian lain, dia menulis dengan kalimat bernada rasis. Di bagian akhir suratnya, ditulis dengan tembusan Panglima TNI, Kapolri, Pangdam Jaya, Kapolda, Komandan Garnisum Tetap 1 Ibu Kota.