Dalam pidato di acara Konvensi Haluan Negara di Jakarta Convention Center, Rabu (30/3/2016), Presiden RI kelima Megawati Soekarnoputri menyindir putrinya yang duduk di kursi Menteri Pemberdayaan Manusia dan Kebudayaan, Puan Maharani, terkait penanganan kesehatan masyarakat.
Menurut Megawati seharusnya pemerintah membuat kebijakan preventif dahulu, yaitu menjaga kesehatan masyarakat. Bukan malah membuat Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan yang ditugasi mengurusi warga yang sakit.
"Saya bilang kepada Menko PMK, pikiranmu harus diubah lho. Jangan kamu terus mikir BPJS saja. Kamu mesti preventif dulu. Rakyatmu harus diberi makanan yang sehat," kata Megawati di acara bertema Mengembalikan Kedaulatan Rakyat Melalui Haluan Negara.
Menurut Megawati seharusnya pemerintah membuat kebijakan preventif dahulu, yaitu menjaga kesehatan masyarakat. Bukan malah membuat Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan yang ditugasi mengurusi warga yang sakit.
"Saya bilang kepada Menko PMK, pikiranmu harus diubah lho. Jangan kamu terus mikir BPJS saja. Kamu mesti preventif dulu. Rakyatmu harus diberi makanan yang sehat," kata Megawati di acara bertema Mengembalikan Kedaulatan Rakyat Melalui Haluan Negara.
Megawati menyebutkan langkah yang bisa dilakukan pemerintah untuk mencegah warga jatuh sakit. Di antaranya, menyediakan fasilitas publik, seperti sarana olahraga.
Megawati juga bercerita tentang dunia riset kesehatan di Indonesia yang sulit maju. Seharusnya, riset digunakan untuk mengembangkan obat-obatan, apalagi banyak obat herbal dari negeri ini. Dia ingin modernitas tidak meninggalkan kearifan lokal yang sudah ada sejak leluhur bangsa.
"Kalau kita sakit pada zaman dulu, waktu jaman mbok-mbok saya, saya dibuatkan beras kencur. Padahal, di RRC, di Korea, di Jepang, Thailand, melakukan itu (riset herbal). Kenapa Indonesia nggak?" katanya.
Megawati juga bercerita tentang dunia riset kesehatan di Indonesia yang sulit maju. Seharusnya, riset digunakan untuk mengembangkan obat-obatan, apalagi banyak obat herbal dari negeri ini. Dia ingin modernitas tidak meninggalkan kearifan lokal yang sudah ada sejak leluhur bangsa.
"Kalau kita sakit pada zaman dulu, waktu jaman mbok-mbok saya, saya dibuatkan beras kencur. Padahal, di RRC, di Korea, di Jepang, Thailand, melakukan itu (riset herbal). Kenapa Indonesia nggak?" katanya.
Dalam pidato, Megawati mengaku pernah meminta Presiden Joko Widodo menaikkan nilai anggaran riset untuk pengobatan herbal. Namun, Presiden Jokowi hanya menyetujui anggaran sekitar satu persen dari APBN.
"Saya pernah minta ke Pak Jokowi supaya anggaran riset ditambah. 'ditambah berapa bu?,' 'lima persen,' 'lho kok banyak banget.' Saya minta lima persen, kan siapa tahu dikasih 2,5 persen," tutur Megawati.