Bebaskan 10 WNI, Panglima Filipina Terjun Langsung ke Mindanao

Rabu, 30 Maret 2016 | 12:13 WIB
Bebaskan 10 WNI, Panglima Filipina Terjun Langsung ke Mindanao
Peta Mindanao dan kawasan Laut Sulu di selatan Filipina. [Google Maps]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Angkatan bersenjata Filipina diberitakan telah memobilisasi pasukannya demi mengejar kelompok yang telah menculik 10 anak buah kapal (ABK) warga negara Indonesia (WNI) di selatan Mindanao. Bahkan tak tanggung-tanggung, pimpinan tertinggi tentara Filipina pun diberitakan terjun langsung ke Mindanao.

Sebagaimana antara lain diberitakan situs Manila Times, Selasa (29/3/2016) malam, laporan intelijen Filipina sejauh ini memberikan informasi bahwa para WNI korban penculikan kemungkinan dibawa ke Provinsi Sulu yang ada di Mindanao.

 
Sementara itu, masih menurut Manila Times, informasi awal yang didapat dari Gugus Tugas Gabungan Zambasulta (Zamboanga, Basilan, Sulu, Tawi-Tawi) mengungkapkan kelompok mana tepatnya yang telah melakukan penculikan. Diyakini bahwa kelompok tersebut dipimpin oleh Alhabshy Misaya, wakil komandan dari Radullan Sahiron, salah satu komandan tertinggi di kelompok Abu Sayyaf di Sulu.

Menindaklanjuti upaya penyelamatan, pasukan Filipina dari Komando Mindanao Barat dan personel Gugus Tugas Gabungan disebut telah diperintahkan untuk mengepung dan mendesak kelompok Abu Sayyaf tersebut agar melepaskan sanderanya. Sementara menurut Komandan Gugus Tugas Gabungan, Mayjen Demy Tejares, unit-unit intelijen sementara ini masih menyaring informasi baru terkait para penculik tersebut.

Di bagian lain, diberitakan pula bahwa tak kurang dari pimpinan tertinggi Angkatan Bersenjata Filipina, Jenderal Hernando Iriberri, telah terbang langsung ke markas tentara di Mindanao. Sebagaimana dikutip Manila Times dari juru bicaranya, Brigjen Restituto Padilla, sang jenderal disebut berada di sana untuk memastikan situasi dan mendiskusikan langkah-langkah yang harus dilakukan.

 
Kelompok Abu Sayyaf diketahui dibentuk di sekitar tahun 1990-an, serta diyakini bertanggung jawab atas sebagian besar aksi teror keji di Filipina. Di dunia internasional, setidaknya Amerika Serikat (AS) pun telah melabelinya sebagai kelompok teroris.

Tahun lalu, kelompok militan itu dilaporkan memenggal kepala seorang lelaki asal Malaysia yang diculiknya dari restoran pinggir laut di kawasan Sabah, Malaysia. Seorang perempuan Malaysia yang diculik bersamanya saat itu dilepaskan, setelah kabarnya tuntutan tebusan kelompok tersebut dibayarkan.

Pada September tahun lalu, kelompok tersebut juga diberitakan menculik dua turis Kanada, seorang manajer resort asal Norwegia, serta seorang warga Filipina, dari sebuah yacht di kawasan selatan Filipina. Tidak diberitakan detail berikutnya dari aksi penculikan itu, namun disebutkan bahwa penculik meminta tebusan bernilai jutaan dolar.

Sebelumnya, terkait upaya penyelamatan para ABK WNI yang diculik, Menteri Pertahanan (Menhan) RI Ryamizard Ryacudu mengatakan bahwa pasukan TNI sudah siap beraksi jika diminta Filipina untuk menangani para perompak.

"Saya rasa tentara sudah siap semua, tinggal tergantung sana, karena rumah orang. Kalau dia (Filipina) bilang siap, kita 'nonton saja'. Kalau dia minta bantuan, kita tangani," kata Ryamizard, di kantor Kementerian Pertahanan, Jakarta.

Ryamizard menyebut, saat ini kapal-kapal patroli TNI sudah disiapkan untuk mengantisipasi berbagai macam kemungkinan kejadian. Hanya saja menurutnya, militer Indonesia tidak bisa seenaknya melakukan operasi di wilayah Filipina, karena perlu izin dari otoritas negara tersebut.

"Itu negara orang. Kalau nggak boleh masuk, jangan maksa-maksa. Kalau mereka siap menyelesaikan, kita tunggu saja. (Kalau) Dia perlu bantuan, kita masuk. Jangan nyelonong, nanti urusan panjang lagi," kata Ryamizard.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI