Potret Hidup Waria Jompo, Merasa Dimanusiakan di Rumah Singgah

Selasa, 29 Maret 2016 | 21:27 WIB
Potret Hidup Waria Jompo, Merasa Dimanusiakan di Rumah Singgah
Rumah singgah transgender jompo di Gang Golf, Pancoran Mas, Depok, Jawa Barat. [suara.com/Ummi Hadyah Saleh]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

"Untungnya aku ketemu ibu-ibu di Jatinegara, yang menawarkan tinggal bersama sambil mendapat pekerjaan seraya membantu menjual gorengan," katanya.

Selama hidup di kolong jembatan, dia bertemu waria lainnya. Waria tersebut menawarkan kepada Oma Yoti untuk bergabung.

Kalau dihitung-hitung, sampai sebelum masuk ke rumah singgah, Oma Yoti sudah 31 hidup di jalanan.

Selama itu, dia pernah pergi berbagai daerah, Papua, bahkan pernah diajak ke Malaysia dan Singapura.

"Di Papua awalnya jadi tukang masak, tapi kembali lagi terpaksa menjadi waria pinggir jalan. Di luar negeri, awalnya saya dan teman niat mencari kerja halal, malah tergiur kembali menjadi waria pinggir jalan," kata Oma Yoti.

Berbagai perlakuan sudah dialaminya. Mulai dari benar-benar miskin, diskriminasi, sampai ditodong pelanggan usai melayani kebutuhan biologisnya.

Ketemu Mami Yuli

Seiring berjalannya waktu, Oma Yoti bertemu Mami Yuli. Benar-benar cocok, sampai akhirnya Oma Yoti ditunjuk Mami Yuli menjadi kepala rumah tangga rumah singgah.

Di rumah singgah, kata Oma Yoti, para waria jompo diberdayakan dan dimanusiakan.

Rumah singgah tersebut mendampingi banyak waria yang sudah lanjut usia, mereka diberi pelatihan untuk modal hidup.

REKOMENDASI

TERKINI