31 Ribu Orang Lebih Dukung Nobel Perdamaian Suu Kyi Dicabut

Selasa, 29 Maret 2016 | 14:09 WIB
31 Ribu Orang Lebih Dukung Nobel Perdamaian Suu Kyi Dicabut
Pemimpin partai Liga Nasional untuk Demokrasi Myanmar, Aung San Suu Kyi (Reuters/Soe Zeya Tun).
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Puluhan warga negera Indonesia (WNI) memprakarsai petisi untuk menuntut pencabutan status Nobel Perdamaian Aung San Suu Kyi. Itu dikarenakan saat ini Suu Kyi menjadi sosok yang intoleran dan rasis.

Tututan ini dilatarbelakangi dengan pernyataan Suu Kyi yang tidak ingin diwawancarai oleh seorang muslim. Saat itu Suu Kyi diwawancara presenter acara BBC Today, Mishal Husain. Suu Kyi ditanya soal penderitaan muslim di Myanmar.

Petisi dalam situs online, change.org itu ditujukan kepada The Norwegian Nobel Committee 2016. Mereka adalah Chair of the Nobel Committee Kaci Kullman Five, Deputy Chair of the Nobel Committee Berit Reiss-Andersen, Member of the Nobel Committee Inger-Marie Ytterhorn, Member of the Nobel Committee Henrik Syse, Member of the Nobel Committee Thorbjørn Jagland, dan Member of the Nobel Committee Olav Njølstad.

Petisi yang ditulis Aktivis Antikorupsi Emerson Yunto itu memandang 'aneh' dengan Suu Kyi. Sebab Suu Kyi dikenal dengan tokoh yang mengantarkan Myanmar menjadi negara yang demokratis. Selama ini Myanmar dikuasi militer. Suu Kyi juga dikenal sebagai pejuang HAM.

Sampai, Selasa (29/3/2016) siang, petisi berjudul 'Cabut Nobel Perdamaian Aung San Suu Kyi' itu sudah ditandatangani lebih dari 31 ribu orang.

Berikut isi petisi tersebut.


“Tak ada yang memberi tahu bahwa saya akan diwawancarai oleh seorang muslim”

Pernyataan ini disampaikan Aung San Suu Kyi usai diwawancara presenter acara BBC Today, Mishal Husain pada tahun 2013. Kekesalan Suu Kyi disebabkan pertanyaan yang diajukan Husain mengenai penderitaan yang dialami oleh umat muslim di Myanmar.

Suu Kyi juga diminta mengecam mereka yang antimuslim dan melakukan berbagai tindak kekerasan sehingga umat muslim suku Rohingya terpaksa meninggalkan Myanmar. (Dikutip dari Buku Biografi berjudul “The Lady and The Generals – Aung San Suu Kyi and Burma’s Strunggle for Freedom” yang ditulis oleh Peter Popham, jurnalis The Independent)

Banyak orang yang terkejut bahwa kata-kata itu keluar dari mulut Suu Kyi, seorang pejuang demokrasi dari Myanmar dan peraih Nobel Perdamaian tahun 2012. Pernyataan Suu Kyi yang bernada rasis barangkali hanya satu kalimat namun maknanya sangat mendalam bagi setiap orang yang mencintai perdamaian.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI