Suara.com - Dua kapal Indonesia yang dibajak di perairan Filipina disebut masuk ke kawasan rawan pembajakan kapal. Di sana tempat 'bersarang' kelompok Abu Sayyaf melakukan perompakan.
Media Filipina, Manila Bulletin menuliskan jika kawasan sekitar Tawi-Tawi, Filipina dan Sadakan Malaysia sering terjadi perompakan kapal. Di sana titik operasi Abu Sayyaf beraksi. Mereka juga melakukan penculikan.
Di dua kawasan itu pernah terjadi pembajakan kapal Kanada dan Norwedia. Abu Sayyaf meminta tebusan sampai 60 juta dolar Amerika Serikat. JIka tidak diberikan, pelaku tak segan membunuh.
Abu Sayyaf memiliki hubungan dengan Al Qaeda. Mereka juga termasuk pasukan setia pengikut ISIS. Perompakan kapal dan penculikan salah satu cara ISIS mendapatkan pundi-pundi dana.
Sebelumnya, Kementerian Luar Negeri mengkonfirmasi kabar bahwa ada 2 kapal berbendera Indonesia yang dibajak di perairan Filipina. Sebanyak 10 warga negara Indonesia disandera.
Direktur Perlindungan WNI dan BHI Kemenlu, Lalu Muhammad Iqbal menjelaskan, konfirmasi itu didapatkan sejak Senin (28/3/2016) kemarin. Kemenlu sudah berkomunikasi dengan pemilik kapal yang disandera.
Kapal yang dibajak itu adalah kapal tunda Brahma 12 dan kapal tongkang Anand 12. Kapal Anand 12 dilaporkan membawa 7.000 ton batubara dan 10 orang awak kapal berkewarganegaraan Indonesia.
Saat dibajak, kedua kapal dalam perjalanan dari Sungai Puting (Kalsel) menuju Batangas (Fililina Selatan). Namun tidak diketahui persis kapan kapal dibajak. Pihak pemilik kapal baru mengetahui terjadi pembajakan pada 26 Maret 2016 pekan lalu.
Kapal Brahma 12 sudah dilepaskan dan dalam perlindungan otoritas Filipina. Sementara itu, kapal Anand 12 masih berada di tangan pembajak. Menurut Iqbal, belum diketahui persis posisinya. (maritime executive/Manila Bulletin)