Diwawancarai Wartawati Muslim, Aung San Suu Kyi Marah

Liberty Jemadu Suara.Com
Senin, 28 Maret 2016 | 15:21 WIB
Diwawancarai Wartawati Muslim, Aung San Suu Kyi Marah
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

"Dan salah satu tokoh kunci yang mendorongnya untuk terlibat dalam pergerakan demokrasi di Myanmar adalah Maung Thaw Ka, seorang jurnalis Muslim di Myanmar yang belakangan tewas di dalam penjara," jelas Popham.

Jadi dengan latar belakang yang liberal dan toleran, mengapa Suu Kyi begitu marah ketika Husain menekannya dengan keras dalam wawancara tersebut?

Popham mengatakan ada kemungkinan karena Suu Kyi sendiri dan teman seperjuangannya, Dr Tin Mar Aung, berasal dari Arakan dan juga beragama Budha.

"Tetapi ada juga penjelasan yang lebih sederhana," tulis Popham yang telah menulis dua biografi Suu Kyi itu. Menurutnya keengganan Suu Kyi membela minoritas Muslim Rohingya adalah semata karena alasan politik.

Ia mengatakan selama 28 tahun berjuang, Suu Kyi sangat populer di antara warga Myanmar yang 90 persen beragama Budha. Tetapi rezim militer selalu berusaha merusak nama Suu Kyi dengan mengatakan bahwa dia bukan orang Myanmar tulen, karena bersuamikan warga Inggris dan hidup di Barat selama puluhan tahun.

"Dengan menudingnya sebagai orang asing, mereka berusaha memojokkan dia bersama kelompok minoritas Muslim yang juga dinilia sebagai asing oleh warga Budha Myanmar, dan tak layak tinggal di negeri itu," jelas Popham.

"Menurut dugaan saya, Suu Kyi enggan membela komunitas Rohingya karena takut pembelaannya akan digunakan oleh militer untuk memojokkannya - dan jika mayoritas warga Myanmar mempercayai propaganda itu maka posisisnya akan semakin tergerus dan peluangnya menuju kekuasaan akan semakin tipis," jelas Popham.

Pada November 2015 lalu partai Suu Kyi, Liga Nasional untuk Demokrasi telah memenangkan pemilihan umum dan pada awal bulan ini, rekannya Htin Kyaw menjadi presiden sipil pertama di negeri itu. Setelah berada di kekuasaan, Popham berharap Suu Kyi bisa dengan leluasa mengeluarkan pendapatnya soal Rohingya.

"Mungkin kini dia sudah bisa lebih santai dan mengatakan pada kita semua, apa pendapatnya (tentang minoritas Rohingya)," tulis Popham.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI