Suara.com - Menteri Luar Negeri, Retno LP Marsudi mencatat sampai sekarang tidak ada warga negara Indonesia (WNI) yang menjadi korban serangan bom di Lahore, Pakistan, pada Minggu (27/3/2016). Hal itu disampaikan Retno saat hendak menghadap Presiden Joko Widodo di Istana, Senin siang.
"Saya mau menyampaikan kepada Presiden, bahwa sejak tadi malam waktu terjadi ledakan bom pukul 20.00 waktu setempat, atau pukul 22.00 WIB, kami sudah berkomunikasi dengan Duta Besar kita di Islamabat. Nah sampai tadi pagi kami berkomunikasi, sejauh ini memang belum ada korban WNI," kata Retno.
Dia menuturkan, hari ini tim KBRI dari Islamabat bertolak ke Lahore untuk memastikan apakah ada korban dari WNI. Tim juga terus berkoordinasi dengan otoritas setempat, sebab di sana ada sejumlah mahasiswa asal Indonesia.
"Komunikasi juga sudah kami lakukan dengan para kelompok mahasiswa untuk memastikan apakah ada yang merasa kehilangan teman dan sebagainya," ujar dia.
Oleh sebab itu, saat ini Retno melaporkan kepada Jokowi bahwa sampai sekarang belum ada korban bom dari WNI. Selain itu, pihaknya juga menambah mengirim tim ke Lahore untuk melakukan pendataan WNI di sana.
Diberitakan sebelumnya, jumlah korban tewas akibat ledakan bom bunuh diri di Lahore bertambah menjadi 65 orang. Sementara itu, jumlah korban luka-luka dilaporkan mencapai lebih dari 280 orang.
Sebelumnya diberitakan, korban tewas akibat bom berjumlah 52 orang. Sebagian besar korban merupakan perempuan dan anak-anak.
Ledakan terjadi di Taman Gulshan-e-Iqbal, sebuah ruang terbuka di kota Lahore, Provinsi Punjab. Serangan terjadi saat taman padat pengunjung, lantaran bersamaan dengan libur akhir pekan dan liburan paskah.
Polisi belum mengetahui motif dari serangan bom bunuh diri ini. Belum ada pula pihak yang mengklaim bertanggung jawab atas serangan tersebut. Seorang saksi mata mengaku menyaksikan pemandangan mengerikan saat ledakan terjadi.
"Saat ledakan terjadi, muncul bola api yang amat tinggi hingga melampaui pepohonan dan saya melihat tubuh para korban terlontar ke udara," kata saksi mata bernama Hasan Imran, (30). Hasan berada di taman tersebut untuk berjalan-jalan.
Pascaserangan, pemerintah Provinsi Punjab memerintahkan agar seluruh taman publik ditutup dan mengumumkan masa tiga hari berkabung. Sejumlah pusat perbelanjaan juga ditutup. Jalanan kota pun nampak sepi.