Suara.com - Gelombang teror bom dan kekerasan di Timur Tengah sudah merugikan semua pihak, bahkan dunia. Khususnya negara-negara di sekitar kawasan itu.
Salah satunya Turi, enam serangan bunuh diri dalam 8 bulan terakhir menyebabkan turis dan investor di sana kabur. Di sisi lain Turki membutuhkan kucuran dana untuk membangun negaranya.
Salah satu kawasan yang biasanya ramai dengan aktivitas ekonomi adalah toko-toko dan restoran di Jalan Istiklal. Kawasan pejalan kaki sepanjang 2 km itu saat ini sepi.
Istiklal menjadi target serangan bom 19 Maret kemarin. Empat orang asing tewas dan lainnya luka-luka. Pedagang di sana mengeluhkan penurunan omzet karena tidak ada pembeli.
Pakar Ekonomi dari Capital Economics London, William Jackson mengatakan pasar keuangan Turki sangat tertekan dengan serangan teror. Bahkan saat ini Turki mengalami tekanan inflasi yang tinggi dan ketidakpastian ekonomi jangka menengah.
"Mungkin ada biaya ekonomi yang besar dari serangan ini, terutama dalam hal sektor pariwisata panjang-investasi dan," kata William.
Jumlah wisatawan asing terus berkurang. Sementara industri perhotelan di sana kembang kempis.
Ketua Asosisasi Perhotelan di Turki, Hikmet Eraslan mengatakan banyak koleganya yang dipaksa menurunkan harga hotel untuk menarik pengunjung.
"Kami harus membiarkan orang pergi untuk mengurangi biaya. Apa lagi yang bisa Anda lakukan? Kita harus hidup," kata Eraslan. (AP)