Suara.com - Seorang tersangka teroris berhasil dilumpuhkan dalam sebuah operasi penangkapan di Brussels, Belgia, Jumat (25/3/3016) waktu setempat. Penangkapan ini berlangsung di tengah penyelidikan dan perburuan para tersangka serangan teror di Bandara Brussels dan kereta bawah tanah di Maelbeek, Selasa lalu.
Sejumlah saksi mata mengaku mendengar sedikitnya dua ledakan dan letusan senjata dalam operasi penangkapan yang terjadi di kawasan Schaerbeek. Seorang lelaki ditembak dan ditahan oleh kepolisian Belgia.
Televisi Belgia, RBTF, melaporkan bahwa lelaki tersebut membawa sebuah tas yang diduga berisi bahan peledak. Ia juga dikabarkan menyandera seorang perempuan dan anak kecil.
Sebuah rekaman di lokasi memperlihatkan tersangka terbaring di halte tram setelah polisi menembak kakinya. Sebuah robot penjinak bom tampak berjalan perlahan mendekatinya.
Rekaman tersebut diunggah oleh seorang pengguna Twitter yang memakai akun @Haedwo.
#BrusselsAttacks Neutralisierte Person in #Schaerbeek wurde auf Bomben geprüft! pic.twitter.com/jdNcfDJBy4
— Harald Wolf (@Haedwo) March 25, 2016
Seorang warga bernama Marios, kepada BBC, mengaku mendengar letusan senjata.
"Saya mendengar dua letusan senjata yang amat keras, saya tidak tahu letusan apa itu," katanya.
"Tak berapa lama kemudian, polisi berdatangan... jalanan pun dikosongkan," tambahnya.
Walikota Schaerbeek, Bernard Clerfayt, mengatakan, tersangka tertembak di bagian kakinya dan diamankan.
Ia menambahkan, seluruh ledakan yang terjadi merupakan ledakan yang dikendalikan dari jarak jauh sebagai tindak pencegahan oleh tim penjinak bom. Warga setempat diminta untuk tetap tinggal di dalam rumah dan menjauhi layanan tram.
Kantor jaksa penuntut umum federal Belgia mengatakan, lelaki tersebut adalah satu dari tiga orang yang ditahan polisi menyusul terbongkarnya sebuah rencana serangan teror di Prancis.
Seorang lelaki lain bernama Reda Kriket, (34), ditangkap di Argenteuil, Paris, Prancis, pada Kamis (24/3/2016) malam atas tuduhan "merencanakan sebuah serangan teror".
Warga negara Prancis tersebut didakwa secara "in absentia" atas keterlibatannya sebagai anggota jaringan jihadis, bersama otak teror Paris bulan November, Abdelhamid Abaaoud. Reda menjadi buronan di Eropa sejak bulan Agustus tahun lalu. (Independent)