Sentilan Halus Yusril Buat Ahok saat Khotbah di Masjid Blok M

Jum'at, 25 Maret 2016 | 14:27 WIB
Sentilan Halus Yusril Buat Ahok saat Khotbah di Masjid Blok M
Yusril Ihza Mahendra di Masjid Blok M Square. [suara.com/Erick Tanjung]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Sosok yang disebut-sebut hendak maju sebagai cagub di Pilkada DKI Jakarta 2017, Yusril Ihza Mahendra, hari ini, Jumat (26/3/2016), menjadi khatib di Masjid Blok M Square, Jakarta Selatan.

Dalam khotbahnya hari ini, Yusril mengingatkan pentingnya kesabaran dan berbuat baik selama menjalani kehidupan. Hidup di dunia, katanya, ibarat singgah saja.

‎"Kita harus harus beriman dalam jalani hidup ini, pertama iman kepada Allah. Kedua iman kepada hari akhir, dan iman kepada yang lain-lain," kata Yusril.

Yusril mengatakan banyak orang yang tidak ikhlas melakukan sesuatu. Jadi mengharapkan balasan.‎

Ketua Umum Partai Bulan Bintang mengatakan bahwa berbuat baik tujuannya untuk mencari ridho Allah SWT.

‎"Karena itu kita selalu diajari suatu hikmah dan kebijaksanaan. Apabila menerima kebaikan pada orang lain, jika kita melakukan kebaikan kepada orang lain, maka lupakanlah kebaikan itu," kata Yusril.

Dalam salah satu bagian khotbah, tokoh yang sangat berhasrat menjadi gubernur Jakarta periode 2017-2022 itu juga menyinggung soal pemimpin yang tidak cakap dalam berbahasa. Ia mengutip statement Raja Melayu benama Raja Ali, bahwa seorang pemimpin yang bahasanya buruk, menandakan orangnya tidak baik.

‎"Raja Melayu menyebutkan bahwa bahasa itu menunjukkan suatu bangsa. Bahasa yang baik, menunjukkan bangsa yang baik," ujar dia.

Entah ini sasaran tembaknya Gubernur Jakarta Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) atau bukan. Tapi, Ahok selama ini memang sering disorot lawannya karena bahasanya sering spontan dan kaku.

Itu sebabnya, kata Yusril, penyebaran Islam di Nusantara, bahkan di seluruh penjuru bangsa Indocina atau negara-negara Asia Tenggara, menggunakan bahasa Melayu.

"Makanya zaman dulu Islam tidak memilih bahasa Jawa, bahasa Aceh, tapi memilih bahasa Melayu dalam menyebarkan ajaran. Di Filipina, Thailand, Myanmar, Malaysia, dan beberapa negara lainnya bahasa Melayu itu menjadi bahasa Islam.‎

"Seperti bahasa Tagalog (Filipina) sama dengan bahasa Melayu," tutur dia.

‎"Bahasa Melayu, bahasa yang elok yang dipilih untuk bahasa penyebaran Islam," Yusril menambahkan.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI