Suara.com - Umat Katolik di berbagai paroki dan stasi dalam wilayah Keuskupan Agung Kupang tampak khusuk dalam Prosesi Jalan Salib di hari Jumat Agung (25/3/2016) untuk mengenang kisah sengsara Yesus Kristus sampai akhirnya wafat di kayu salib.
Prosesi jalan salib terakhir dalam masa puasa menjelang perayaan Paskah umumnya dilaksanakan umat di halaman gereja atau stasi.
Di wilayah Keuskupan Agung Kupang, Nusa Tenggara Timur, prosesi jalan salib ini umumnya dimulai pukul 08.30 WITA, Jumat (25/3/2016).
Meski masih pagi hari, matahari timur sudah mulai terasa panas dan menyengat namun umat tetap setia dan khusuk mengikuti prosesi tersebut dalam doa yang mengisahkan tentang jalan kesengsaraan Yesus dalam prosesi penyaliban sampai akhirnyan wafat di kayu salib.
Pada hari Jumat Agung menjelang Paskah pada hari Minggu (27/3/2016), semua umat Katolik sedunia melakukan ritual keagamaan serupa, kecuali di wilayah Keuskupan Larantuka, di mana umat Katolik setempat dan para peziarah lainnya melakukannya dalam bentuk prosesi pengantaran patung Yesus wafat di Salib melalui laut.
Patung Yesus yang wafat disalib atau orang Larantuka menyebutnya "Tuan Meninu" diangkut dengan sebuah perahu atau berok menyusuri wilayah perairan pantai mulai dari Kapela Tuan Meninu di Kota Rewindo Sarotari menuju Pantai Kuce di depan istana raja Larantuka.
Patung tersebut diinapkan sementara di sebuah kapel untuk diarak bersama Patung Bunda Maria (Tuan Ma) yang telah dinobatkan Raja Larantuka sebagai Ratu Pelindung Kota Reinha Rosari Larantuka, pada malam harinya mengelilingi kota kecil yang terletak di bawah kaki gunung Ile Mandiri itu.
Pada saat yang sama, umat Katolik di wilayah keuskupan lainnya melakukan prosesi "cium salib" sebagai bentuk penghormatan terakhir kepada Yesus Kristus yang rela disalibkan dan wafat di kayu salib untuk menebus dosa umat manusia.
Jalan Salib atau Via Dolorosa (Jalan Penderitaan) merujuk pada penggambaran masa-masa terakhir penderitaan Yesus dan devosi untuk memperingati kisah sengsara tersebut.
Tradisi sebagai devosi yang diadakan di gereja dimulai oleh Santo Fransiskus Assisi dan menyebar ke seluruh Gereja Katolik Roma pada abad pertengahan.
Berdasarkan berbagai literatur gereja yang ada, sejarah Jalan Salib ini dimulai pada abad ke-14, yang diperkenalkan oleh para biarawan dari Ordo Fransiskan (OFM), tatkala St. Fransiskus Asisi mengalami stigmata. (Antara)