Kasus Provokasi Sopir Taksi, Polisi Buru Pihak Lain

Kamis, 24 Maret 2016 | 14:32 WIB
Kasus Provokasi Sopir Taksi, Polisi Buru Pihak Lain
Sejumlah sopir taksi dan pengemudi gojek mengalami luka akibat bentrok di kawasan Senayan, Jakarta, Selasa (22/3). [suara.com/Oke Atmaja]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Penyidik Polda Metro Jaya masih memburu pihak lain yang diduga ikut terlibat kasus dugaan penghasutan yang telah menjerat supir taksi Blue Bird bernama Feri Yanto (31) sebagai tersangka.

"Ya kan baru 1 tersangka yang provokator ya, nah ini lah yang sedang kita sidik," kata Kapolda Metro Jaya Inspektur Jenderal Moechgiyarto kepada wartawan, Kamis (24/3/2016).

Menurutnya hingga kini belum ditemukan indikasi keterlibatan pihak perusahaan taksi terkait provokasi yang dilakukan Feri melalui media sosial. Menurut keterangan tersangka, kata Moechgiyarto penyebaran hasutan untuk menggerakan massa anarkis itu pada demo sopir taksi, dilakukan secara pribadi.

"Ya kalau dia ada indikasi. Sementara kita sedang mencari apakah ada kaitannya atau tidak. Kalau dia mengatakan inisiatifnya dari karyawan sendiri ya selesai. Hingga saat ini belum mengarah sana," kata dia.

Sebelumnya, aparat kepolisian berencana memanggil pemilik perusahaan taksi blue bird terkait penetapan sopir taksi bernama Feri Yanto (31) sebagai tersangka kasus dugaan penghasutan melalui media sosial. Feri dianggap sebagai provokator tindakan kekerasan saat berlangsungnya unjuk rasa sopir taksi, Selasa (22/3/2016) lalu.

"Ini semua yang diperlukan penyidik akan dimintai keterangan, siapa pun," kata Kepala Bidang Hubungan Masyarakat Polda Metro Jaya Komisaris Besar Mohammad Iqbal, Rabu (23/3/2016) kemarin.

Tak hanya itu, pihakya juga akan memanggil para sopir taksi yang diduga mengetahui pesan provokatif yang disebar Feri. Feri sendiri telah 1 tahun lebih bekerja sebagai sopir taksi blue bird.

"Termasuk rekan-rekan yang mengetahui yang bekerja di sana, pasti ada di sana," katanya.

Terkait kasus penghasutan tersebut, Feri dianggap melanggar Pasal 28 ayat (2) Jo Pasal 45 ayat (2) UU RI Nomor 11 Tahun 2008 tentang ITE. Selain itu, tersangka juga dikenakan Pasal 160 KUHP tentang penghasutan dimuka umum baik tulisan maupun lisan. Feri terancam hukuman pidana maksimal enam tahun penjara dan atau denda paling banyak Rp1 miliar. 

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI