Suara.com - Ahmad Dhani disarankan tak usah ngoyo dan kembali jadi musisi saja kalau nanti ternyata tak ada partai politik yang mengusungnya ke bursa pemilihan gubernur periode 2017-2022.
"Udahlah, dia menghibur kita saja. Bikin saja lagu yang bagus-bagus gitu, kan, sampaikan pesan moral kalau kemarin ditinggal PKB nanti, kalau hasil musik bagus kan jadi bagus dia (makin terkenal)," ujar Ketua DPD Partai Nasional DKI Jakarta Bestari Barus kepada Suara.com, Rabu (23/3/2016).
Pernyataan Ketua Fraksi Partai Nasdem DPRD DKI Jakarta terkait dengan komentar musisi Ahmad Dhani yang menyebut partai politik yang mendukung pencalonan Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) di Pilkada DKI Jakarta tahun 2017 sebagai partai penjilat. Bestari menduga Ahmad Dhani berkata seperti itu karena kecewa sudah merasa didukung penuh oleh PKB, tetapi belakangan muncul sinyal partai yang dipimpin Muhaimin Iskandar akan pindah ke lain hati.
Bestari menambahkan kader PKB mengeluarkan sinyal bakal mendukung Ahok dan Heru Budi Hartono yang sekarang maju lewat jalur non partai politik.
Bestari mengimbau jangan menganggap serius ucapan Ahmad Dhani yang menyebut partai yang menjaring Ahok sebagai partai penjilat.
"Jangan didengerin. Ahmad Dhani mah nggak ada yang bener menurut dia semua, dia doang paling yang dianggap benar ya kan? Nggak pas kita tanggapin dia. Kita kan nggak selevel tanggapin dia," katanya.
Tetapi, kata Bestari, siapapun berhak untuk mendaftar sebagai calon kepala daerah.
"Tukang ojek sampai pejabat tinggi berhak mau nyalon, kalau model jadi gubernur itu banyak hal nggak bisa cuma ngomong mau kemudian nggak bisa padahal. Apalagi kan dia ngomong kan semua parpol penjilat. Mana ada partai penjilat," katanya.
Politisi Partai Hanura Sarbini menjelaskan partai politik dalam memutuskan soal siapa kandidat kepala daerah yang akan dipilih terlebih dahulu melalui mekanisme yang ketat.
"Partai itu kan memilih sesuai standar, ada paramater-parameternya, secara ilmiah, kemudian juga kinerja dan lain-lain," kata Sarbini.