Luapan Emosi Perempuan Korban Anarkis Sopir Taksi

Selasa, 22 Maret 2016 | 12:59 WIB
Luapan Emosi Perempuan Korban Anarkis Sopir Taksi
Sejumlah sopir taksi melakukan aksi sweeping di kawasan Jalan Jenderal Sudirman, Jakarta, Selasa (22/3). [suara.com/Oke Atmaja]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Selasa (22/3/2016), sejak pagi ribuan pengemudi taksi konvensional menggelar unjukrasa di beberapa titik di Jakarta. Unjukrasa tersebut dilakukan untuk meminta kejelasan pemerintah terkait layanan transportasi umum berbasis online yakni Uber Taxi dan Grab Car yang belum memiliki izin usaha namun masih beroperasi.

Selain itu unjuk rasa tersebut juga terkait Menteri Komunikasi dan Informatika Rudi Rubiantara yang hingga kini belum memblokir Uber dan Grabcar yang dinilai telah merugikan pengemudi taksi konvensional.

Pengemudi taksi ini pun melakukan sweeping kepada pengemudi taksi lainnya yang sedang menarik penumpang. Bahkan penumpang dipaksa untuk turun. Seperti yang dialami oleh Glien, Desi dan Rahma

"Tadi kami itu dari kosan di kawasan Tanah Abang. Nah pas kita mau ke kantor di dekat Bundaran Patung Kuda situ tuh, tiba-tiba kita dicegat sama para pendemo lah. Kita bingung saat itu, kaca dibagian supir digedok-gedok gitu suruh buka. Supirnya kan nggak mau karena takut," cerita Desi saat ditemui suara.com tengah berjalan kaki dengan kedua temannya di Kementerian Kofinfo, Jakarta Pusat, Selasa (23/3/2016).

"Tapi mau nggak mau buka dari pada rusak. terus supirnya dimaki-maki, suruh nurunin kita. akirnya kita mau nggak mau ya turun," lanjut dia.

Dengan adanya kejadian tersebut, Desi bersama kedua temannya terpaksa harus berjalan kaki dari depan kantor Bank Indonesia menuju kantornya di Kementerian Perhubungan, Jakarta Pusat. Ia pun mengaku kesal dengan para supi taksi konvensional yang bertindak anarkis kepada pengemudi lain di hadapan penumpangnya.

"Itu nggak etis juga yang memperlakukan semena-mena gitu sama sopir taksi dan kami sebagai penumpang. Kami kan hanya memakai jasa mereka, kenapa mereka juga harus marah sama kami. Kami kan berhak juga menentukan mau naik apa transportasinya," katanya.

Ia pun mengaku akan membuat laporan komplain kepada pemilik armada taksi konvensional yang tadi ditumpanginya. Hal tersebut dilakukan agar para perusahaan taksi bisa mengendalikan para sopirnya sehingga dikemudian hari tidak akan kehilangan konsumennya.

"Lapor saya pasti lapor. Ini kan perbuatan yang tidak menyenangkan, ada ancaman, terus kita tidak diantar sampai tempat tujuan. Perusahaan harus tahu, jadi bisa memberikan sanksi kepada para supir yang bertindak anarkis. Biar nggak kena ke orang lain juga," ungkapnya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI