Suara.com - Seni Angklung Kesepuhan Cibarani Kecamatan Cirinten Kabupaten Lebak di Provinsi Banten diundang Kerajaan Singapura untuk mementaskan permainan musik tradisional itu.
"Kami bangga sebagai seni adat Kesepuhan bisa tampil di Kerajaan Singapura," kata Dulhani, seorang tokoh masyarakat Kesepuhan Cibarani, di Lebak, Jumat (18/3/2016) pagi.
Penampilan angklung Kesepuhan itu ternyata sangat memukau para undangan dan juga keluarga Kerajaan Singapura. Mereka melihat angklung Kesepuhan yang dimainkan oleh delapan orang itu sangat unik.
Pemain angklung delapan orang itu di antaranya lima orang memainkan alunan angklung, dua orang menabuh dog-dog lojor, dan seorang menari di tengah. Para pemain itu sambil menyanyikan lagu-lagu daerah dengan bahasa Sunda.
Pemain seni Angklung Kesepuhan Cibarani yang tinggal di kawasan Taman Nasional Gunung Halimun Salak (TNGHS) menjadikan kebanggaan masyarakat setempat.
"Kami terus mengembangkan seni angklung itu, selain bagian hiburan dalam ritual adat juga untuk menghibur masyarakat," ujarnya pula.
Menurut dia, seni angklung yang terbuat dari bambu terdiri dari lima jenis, yaitu gong-gong, panembal, kingking, inclok, dan loer hingga mengeluarkan nada irama yang serasi. Pemain seni angklung yang tampil di Singapura memukau para undangan dan keluarga Kerajaan.
Selama ini, biasanya kesenian angklung Kesepuhan menghibur ritual adat, seperti Ngaseuk (menanam padi), Ngipit (memanen padi), dan Nganyaran (membuktikan hasil panen). Selain itu, juga Seren Taun (pesta raya atau syukuran hasil panen), bulan purnama, hingga pemotongan rambut Abah. Namun, saat ini kerapkali seni angklung Kesepuhan tampil pada hajatan sunatan, pernikahan maupun ulang tahun.
"Kami terus mendorong seni tradisional adat Kesepuhan itu dapat tampil ke negara lainnya," kata dia.
Kepala Dinas Pemuda, Olahraga, dan Pariwisata Kabupaten Lebak Hayat Syahida mengatakan pemerintah daerah setempat terus mengembangkan budaya masyarakat adat Kesepuhan, di antaranya seni angklung.