Suara.com - Sesosok mayat laki-laki yang diduga anggota kelompok sipil bersenjata pimpinan Santoso ditemukan warga dalam kondisi membusuk di tepi sungai Lariang, Desa Lelo, Kabupaten Poso, Sulawesi Tengah, Selasa (15/3/2016).
"Hasil identifikasi dan pemeriksaan sementara, jenazah itu diduga kuat adalah anggota Santoso," kata Kapolda Sulteng Brigjen Pol Rudy Sufahriadi kepada wartawan di Palu, Kamis.
Jenazah dengan tinggi badan 180 cm itu sudah dievakuasi ke Rumah Sakit Umum Bhayangkara Palu untuk diautopsi dan identifikasi.
Di tubuh korban ditemukan jam tangan merek Casio, kepala bagian atas berlubang dan di bagian pinggang ada bekas luka tembak dan kaki luka robek.
Hingga saat ini, kata Kapolda yang didampingi Karoops Kombes Pol Herry Rudolf Nahak dan Kabid Humas AKBP Hari Suprapto menyatakan belum ada warga yang melaporkan kehilangan anggota keluarga.
Karena itu, tambah Kapolda, polisi membawa Zaelani, seorang tersangka teroris kelompok Santoso yang tertangkap hidup beberapa waktu lalu untuk mengenali jenazah itu, dan mengatakan bahwa memang ada anggota kelompok Santoso yang berciri tubuh seperti itu namun tidak memastikan identitasnya.
"Ada dua orang anggota kelompok Santoso yang berciri tubuh seperti mayat itu," ujar Kapolda mengutip penjelasan Zaelani.
Ketika ditanya apakah jenazah itu adalah korban kontak senjata dengan aparat Polri dan TNI yang tergabung dalam Operasi Tinombala atau korban eksekusi oleh pimpinan kelompok sipil bersenjata itu, Kapolda belum memastikan.
Keterangan yang dihimpun Antara menyebutkan kelompok teroris pimpinan Santoso tersebut kini semakin terdesak di Dataran Napu, Kabupaten Poso, oleh personel Operasi Tinombala dan soliditas internal mereka semakin lemah sehingga besar kemungkinan Santoso mulai mengeksekusi anggota-anggotanya yang mulai tidak solid.
"Jenazah lelaki itu mungkin sekali adalah salah satu korban eksekusi pimpinan mereka," ujar sebuah sumber.
Santoso selaku pimpinan Mujahiddin Indonesia Timur yang melakukan aksinya di Poso selama ini konon semakin ketat mengawasi anggotanya setelah mereka kian terdesak. Para anggota yang diindikasikan mulai tidak solid akan langsung dieksekusi.
Kelompok pelaku teror tersebut selama ini menganggap bahwa pemerintah, khususnya polisi adalah "thogut" atau syetan dan pantang untuk menyerah kepada pemerintah/polisi.
"Mati di tangan polisi itu adalah sahid," kata Kapolda Sulteng Rudy Sufahriadi pada sebuah kesempatan.
Kelompok Santoso yang masih dikejar di Poso oleh personel Polri dan TNI yang tergabung dalam Operasi Tinombala diperkirakan masih berjumlah 30-an orang, tiga orang di antaranya perempuan dan empat orang warga negara asing asal Tiongkok dari etnis Uighur. (Antara)
Jenazah Terduga Teroris Poso Ditemukan Membusuk
Ririn Indriani Suara.Com
Kamis, 17 Maret 2016 | 10:34 WIB
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News
BERITA TERKAIT
Densus 88 Ringkus 2 Terduga Teroris Negara Islam Indonesia di OKU Timur, Inisial MD dan MA
20 November 2024 | 19:44 WIB WIBREKOMENDASI
TERKINI