Suara.com - Kapolda Sulawesi Tengah Brigjen Pol Rudy Sufahriadi mengatakan, dua terduga teroris tewas dalam kontak senjata dengan Satuan Tugas gabungan TNI dan Polri di Desa Talabosa Kecamatan Lore Piore Kabupaten Poso, Selasa pagi (15/3/2016).
Kedua terduga teroris bernama Nuretin alias Abdul dan Magalasi Bahtusan alias Farok, keduanya berasal dari suku Uighur, Provinsi Xinjiang, Cina, yang berbatasan dengan Turki.
Kedua jenazah korban, kata Kapolda, saat ini masih disemayamkan di RSU Bhayangkara Palu untuk kepentingan identifikasi.
"Saya sudah melihat jenazah secara langsung, dengan ciri-ciri keduanya berambut panjang," kata Sufahriadi kepada Antara di Palu, pasca kunjungannya ke lokasi kejadian.
Dalam upaya identifikasi itu, polisi melibatkan Zaelani, seorang pelaku teror anggota kelompok Santoso lainnya yang tertangkap hidup dalam operasi beberapa waktu lalu.
Menurut Kapolda, dengan tertembaknya Farok dan Nuretin, diperkirakan masih ada empat orang lagi warga asing anggota kelompok Santoso yang masih ada di hutan. Mereka semuanya berasal dari Uighur, Cina.
Ketika ditanya kapan orang-orang asing itu bergabung dengan Santoso, Brigjen Rudy mengemukakan, sesuai informasi dari Zaelani, orang-orang asing dari Cina itu bergabung tahun 2015.
Mengenai apa peran mereka dalam kelompok pelaku teror tersebut, Kapolda mengaku belum ada informasi yang rinci.
"Kalau Santoso sudah tertangkap, nanti baru kita dapat informasi, apa peran orang-orang asing tersebut," ujar mantan pejabat teras Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) tersebut.
Soal bagaimana orang-orang asing itu bisa masuk bergabung dengan Santoso di hutan-hutan di Kabupaten Poso, Rudy yang menjabat Kapolres Poso 2005-2007 itu menjelaskan bahwa kemungkinan ini dampak dari seruan Santoso di media sosial beberapa waktu lalu yang meminta semua orang Indonesia yang akan bergabung dengan ISIS, datang bergabung dan berlatih dulu dengan dirinya di Poso.
Sufahriadi menjelaskan kronologis kontak senjata, dimulai sekitar pukul 07.00 Wita. Ketika itu Satgas gabungan TNI/Polri terlibat baku tembak dengan kelompok radikal Mujahidin Indonesia Timur (MIT) pimpinan Santoso.
Pascakontak senjata, pihaknya mengamankan sejumlah bukti berupa 10 buah bom lontong, tiga buah ransel, lima karung logistik, tujuh buah peta, dan sebuah buku catatan (log book) pengaturan tugas anggota.