Suara.com - Komisi Penyiaran Indonesia meminta masyarakat lebih kritis terhadap media khususnya televisi dan radio. Sehingga dapat memilih tayangan yang layak untuk ditonton.
"Sekarang era reformasi, masyarakat jangan pasif terhadap televisi karena ada program tidak mendidik yang perlu dikritik," kata Komisioner KPI Pusat bidang kelembagaan Bekti Nugroho di Padang, Kamis (10/3/2016).
Hal itu disampaikan dalam acara literasi media 'Menciptakan Penyiaran yang Sehat dan Bermanfaat Bagi Bangsa dan Negara' yang diselenggarakan KPI Pusat.
Masyarakat perlu menseleksi tayangan di televisi. Terlebih program televisi ditentukan oleh rating. Dia memberi contoh saat ini sinetron 'Anak Jalanan' yang ratingnya masih bagus maka stasiun televisi lain kemungkinan akan mencontoh program serupa.
"Jadi dari sisi kualitas, program televisi tidak akan meningkat karena bergantung pada rating," kata dia.
Ia mengingatkan masyarakat jangan menelan mentah-mentah apa yang disampaikan oleh televisi karena tidak akan mendapatkan informasi yang valid. Media saat memberitakan suatu peristiwa punya sudut pandang sendiri atau disebut dengan agenda setting.
Oleh sebab itu sikap kritis terhadap media akan mencegah terjadi pencurian terhadap karakter dan budaya lokal. Bekti menceritakan di kota-kota besar saat ini para remaja lebih bangga mengonsumsi makanan cepat saji dari luar ketimbang pangan lokal akibat masifnya iklan di televisi. Masyarakat punya hak mengajukan keberatan terhadap siaran yang dinilai merugikan.
"Kalau ada sinetron yang tidak bermutu jangan ragu untuk mengkritik agar hadir tayangan yang cerdas dan memiliki nilai," ujarnya.(Antara)