Pengakuan Remaja Yazidi yang Menjadi Budak Seks ISIS

Esti Utami Suara.Com
Kamis, 10 Maret 2016 | 16:10 WIB
Pengakuan Remaja Yazidi yang Menjadi Budak Seks ISIS
Ilustrasi ISIS (Shutterstock).
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Pada suatu "pagi gelap" dua tahun lalu, anggota ISIS merebut kota Yazidi, Sinjar, di Irak baratlaut, menculik ribuan warga, termasuk seorang anak perempuan berusia 15 tahun, dan 27 anggota keluarganya. Seorang remaja bernama Nihad Barakat Shamo Alawsi dibawa ke Suriah dan kemudian ke markas IS di Mosul, Irak utara.

"Mereka memperkosa kami, membunuh warga kami, mengambil bayi kami dan membawanya jauh dari kami," kata Alawsi, yang sekarang berusia 17 tahun, pada acara yang diselenggarakan Yayasan AMAR, yang bermarkas di London, Inggris.

Yayasan ini merupakan badan amal penyedia pendidikan dan kesehatan di Timur Tengah.

"Hal terburuk adalah penyiksaan di Mosul. Kami dipukuli dan diperkosa terus menerus selama dua pekan," katanya, berbicara melalui penerjemah,
Anak-anak perempuan, lanjutnya, diambil dari keluarga mereka dan diperkosa terus-menerus dan kemudian mereka diserahkan kepada 'amir'.

Tentara ISIS menangkap sekitar 5.000 perempuan dan laki-laki komunitas Yazidi di musim panas 2014. Sekitar 2.000 berhasil melarikan diri atau diselundupkan keluar dari khalifah IS di Irak dan Suriah, kata pegiat.

Kelompok IS menganggap Yazidi menjadi jemaah setan. Kepercayaan Yazidi kuno memadukan unsur Kristen, Zoroastrianisme dan Islam.

Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) mengatakan ISIS masih menahan sekitar 3.500 orang tawanan di Irak, kebanyakan dari mereka perempuan dan anak perempuan dari komunitas Yazidi.

Alawsi mengatakan seorang lelaki yang membawanya sebagai budak meninggal beberapa pekan kemudian, dan dia dijual ke lelaki lain yang telah mempunyai seorang istri dan budak seks Yazidi yang lain. Lelaki itu memukul dan memperkosa Alawsi dan sebulan kemudian dia hamil.

"Saya pikir anak yang saya bawa adalah anggota Daesh dan akan menjadi seorang penjahat Daesh ketika tumbuh dewasa," kata Alawsi dengan tenang, menggunakan nama Arab yang merendahkan untuk ISIS.

Alawsi melahirkan seorang bayi laki-laki, tapi tiga bulan kemudian dia berhasil melarikan diri setelah ayah bayi memutuskan untuk menikahkannya dengan sepupunya.

"Saya berhasil menelepon keluarga saya dengan bantuan seseorang, dan saya berhasil melarikan diri, tapi saya harus meninggalkan bayi saya," katanya.

Sebagian besar penduduk Yazidi, sekitar setengah juta, mengungsi ke kamp-kamp di Kurdistan, Irak utara.

Alawsi sekarang tinggal di salah satu kamp dengan ibu, ayah dan saudara kandungnya, dan bekerja dengan AMAR, yang dengan sekarela datang ke London untuk berbicara tentang nasib kaumnya. Dua saudara laki-lakinya dan dua saudara perempuan masih ditawan oleh IS.

"Ini bukan kehidupan, kami tidak hidup sampai semua sisa orang-orang kami dilepaskan oleh Daesh," kata Alawsi.

Ia memohon dunia dapat membantu untuk menyelamatkan mereka dari Daesh, dan untuk membebaskan, terutama budak seks, anak-anak perempuan dan anak-anak yang telah diambil ISIS. (Antara/Reuters)

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI