Menurut Agung lada dan ketumbar berkimia tersebut dijual sampai ke pelosok-pelosok di daerah Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi.
Omset yang diperoleh dalam bisnis ini, katanya, bisa mencapai Rp100 juta perbulan. Pelaku, kata Agung, sudah melakukan bisnis semacam itu sejak tahun 2008.
"Dipasarkan di daerah Jabodetabek, Jateng, Lampung bahkan ada juga yang di Kalimantan. Cukup lama dengan omset 100 juta per bulannya," kata Agung.
Saat ini, kata Agung, pengusaha E sudah ditetapkan menjadi tersangka. Polisi juga sudah memintai keterangan 26 karyawan pabrik.
"Tersangkanya hanya satu yaitu pemiliknya berinisial E," kata Agung.
Tersangka dijerat dengan Pasal 110 UU RI Nomor 39 Tahun 2014 tentang Perkebunan dengan ancaman hukuman pidana penjara paling lima lima tahun dan denda maksimal Rp5 miliar.