Suasana di Bali Kembali Normal Hari Ini

Ririn Indriani Suara.Com
Kamis, 10 Maret 2016 | 11:17 WIB
Suasana di Bali Kembali Normal Hari Ini
Anggota Pecalang atau satuan pengamanan adat Bali memantau situasi jalan pantai saat pelaksanaan Hari Raya Nyepi di Pantai Kuta, Bali.
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Suasana di Pulau Bali, hari ini, Kamis (10/3/2016) kembali normal, setelah sehari sebelumnya pada Rabu (9/3/2016) umat Hindu melaksanakan tapa brata penyepian menyambut tahun baru Saka 1938.

Pada Rabu saat hari raya Nyepi, suasana di Bali, pulau yang berpenduduk hampir empat juta jiwa itu, sunyi pada siang hari dan gelap gulita pada malam hari.

Sehari setelah Nyepi, atau disebut Ngembak Geni, aktivitas di Pulau Bali kembali seperti biasa. Kegiatan masyarakat pada hari pertama memasuki tahun baru Saka 1938 sudah mulai normal, meski belum maksimal.

Toko-toko di seputaran Kota Denpasar masih banyak yang tutup, tetapi sejumlah pasar tradisional mulai dikunjungi warga meski jalan-jalan masih tampak lengang.

Di Bali pada Ngembak Geni ini masih libur fakultatif. Instansi pemerintah, swasta dan sekolah masih diliburkan, dan baru akan masuk kembali pada Jumat (11/3/2016).

Sebagian warga pada hari Ngembak Geni saling berkunjung ke keluarga atau kerabat dekat untuk saling maaf memaafkan atau mengunjungi objek-objek wisata untuk berekreasi.

Namun masyarakat lainnya sudah mulai melakukan aktivitas, terlihat dari suasana di Pasar Pemedilan Badung dan Kumbasari yang sejak pagi hari sudah cukup ramai.

Sementara itu, kesibukan dilakukan oleh tenaga kebersihan Kota Denpasar, bekerja membersihkan serta mengangkut sampah yang menumpuk di permukiman maupun tepi jalan.

Puluhan truk mengangkut sampah sudah beroperasi sejak pagi hari dari tempat-tempat pengumpulan sampah ke tempat pembuangan akhir sampah di kawasan Suwung, pinggiran kota Denpasar.

Saat perayaan Nyepi, umat Hindu melakukan berbagai kegiatan ritual yang banyak menghasilkan sampah dari bekas banten/sesaji serta aneka bungkus makanan dan minuman, ketika warga melakukan malam "pengerupukan" dengan mengarak ogoh-ogoh atau boneka raksasa berwajah menyeramkan. (Antara)

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI