Ahok Tak Terima Dianggap Cuma Bisa Contek Singapura

Senin, 07 Maret 2016 | 12:30 WIB
Ahok Tak Terima Dianggap Cuma Bisa Contek Singapura
Ilustrasi Jakarta (Antara)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Konsep pembangunan Gubernur Jakarta Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) dikritik sejarawan Betawi J. J. Rizal. Rizal menilai konsep yang diterapkan di Jakarta cenderung meniru Singapura, ketimbang menonjolkan identitas sendiri, yaitu Betawi. Maka wajar kalau lambat laun budaya Betawi hilang.

Menanggapi hal tersebut, Ahok menegaskan konsep pembangunannya tetap memasukkan nilai-nilai kebudayaan Betawi. Misalnya, kata Ahok, pemerintah mengeluarkan banyak anggaran untuk mempercantik cagar budaya Setu Babakan, Srengseng Sawah, Jagakarsa, Jakarta Selatan.

 "Kita habisin uang gitu banyak buat Setu Babakan," kata Ahok di Balai Kota DKI Jakarta, Senin (7/4/2016).

Ahok menilai Rizal kurang update informasi pembangunan di Jakarta.

"Mungkin J. J. Rizal kurang baca kali ya," kata Ahok.

Sebelumnya, Rizal menilai konsep pembangunan Jakarta hanya meniru Singapura. Yang terjadi kemudian, menurut Rizal, kebudayaan Betawi sebagai identitas Ibu Kota pelan tapi pasti lenyap. Dia sangat menyayangkan konsep penataan kota yang diterapkan Ahok.

"Sekarang aja pak gubernur (Ahok) selalu ngomong, 'kota yang kita tuju adalah kota yang seperti Singapur.' Jadi kita tidak punya identitas, selain identitas yang akan di-Singapurakan, bukan di-Betawikan," kata Rizal usai menghadiri diskusi bertema Tantangan Budaya Betawi dalam Arus Liberalisasi Global di Warung Komando, Jalan Dr. Saharjo, nomor 1, Tebet, Jakarta Selatan, Minggu (6/4/2016).

Rizal mengatakan seharusnya penataan kota Jakarta mengutamakan identitas Betawi yang sudah ratusan tahun ada.

Itu sebabnya, penggagas Komunitas Bambu itu menuding Ahok lebih tunduk kepada pemilik modal ketimbang budaya Betawi.

"Karena ada proyek developmentalisme yang raksasa, yang merupakan bagian kekuatan modal dunia. Dan kekuatan modal ini punya kebudayaan sendiri untuk ciptakan kosmopolit-kosmopolit dalam ilmu arsitektur disebut kosmopolit anonim, kosmopolit yang tidak bernama, tidak beridentitas, karena memandang kota hanya sebagai ruang kapital distrik, bukan ruang kebudayaan, bukan tempat hidup bersama," kata dia.

Rizal menambahkan seharusnya Ahok membangun kota dengan konsep yang tak dimiliki kota di negara lain.

"Seolah-olah tidak punya ingatan tentang tradisi, budaya yang menyejarah dan membuat kita sadar bahwa kita ini sebuah kota yang punya umur yang panjang, dan umur yang panjang ini diisi oleh pertemuan-pertemuan ragam etnik, ras, dan bersama membuat kebudayaan, dan kebudayaan itu yang justru kita lupakan," kata dia.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI