PKS Ingin Hasil Konkrit Dukung Palestina dan Al-Quds

Minggu, 06 Maret 2016 | 14:46 WIB
PKS Ingin Hasil Konkrit Dukung Palestina dan Al-Quds
Delegasi peserta Konferensi Tingkat Tinggi Luar Biasa Organisasi Kerjasama Islam (KTT LB OKI) kelima melakukan sesi foto di Jakarta Convetion Center, Minggu (6/3). [suara.com/Oke Atmaja]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Konferensi Tingkat Tinggi Luar Biasa Organisasi Kerjasama Negara-Negara Islam Luar Biasa berlangsung pada Minggu (6/3/2016) dan Senin (7/3/2016) di Jakarta Convention Center, Senayan. Sebanyak 49 kepala negara dan pemerintahan menghadiri acara tersebut.

KTT Luar Biasa OKI kali diselenggarakan khusus sebagai bentuk keprihatinan dan upaya mengalihkan fokus perhatian dunia kepada tragedi penjajahan Israel di Palestina dan Al-Quds Al-Syarif (Kota Suci Yerussalem).

Ketua Fraksi PKS DPR Jazuli Juwaini menyambut KTT Luar Biasa OKI sebagai bentuk solidaritas negara-negara Islam dan berharap ada langkah konkrit dan terukur bagi upaya kemerdekaan Palestina dan pembebasan Al-Quds.

"Fraksi PKS mengucapkan selamat datang kepada tamu-tamu negara. Semoga KTT menghasilkan resolusi dan deklarasi yang tegas, konkrit, dan terukur dalam mendukung Palestina merdeka dan pembebasan Masjid Al-Aqsa dari cengkeraman Israel," katanya dalam pernyataan tertulis yang dikirim kepada Suara.com.

Selain itu, Jazuli juga berharap KTT dengan kepeloporan Indonesia juga bisa menyatukan berbagai kelompok Pejuang Palestina, khususnya antara Fatah dan Hamas. Agar berbagai bantuan untuk Palestina, tak hanya untuk Tepi Barat atau Ramallah saja, tapi juga Gaza sehingga KTT, juga berjuang untuk mengakhiri isolasi terhadap Gaza.

Menurut Jazuli dipilihnya Indonesia sebagai tuan rumah KTT Luar Biasa OKI tidak bisa dilepaskan dari peran diplomasi dan posisi strategis Indonesia dalam mendukung kemerdekaan Palestina.

"Indonesia punya spirit memerdekakan bangsa-bangsa terjajah, dan hal itu jelas termuat di dalam Pembukaan UUD 1945, sehingga sampai kapanpun seluruh rakyat Indonesia akan tampil terdepan dalam mendukung kemerdekaan Palestina. Dukungan ini juga tegas dikatakan Presiden Jokowi dalam beberapa kesempatan," katanya.

Dengan peran dan posisi strategis Indonesia tersebut, ditambah solidaritas dunia Islam yang semakin kuat, Fraksi PKS dan seluruh rakyat Indonesia optimis peta jalan (road map) kemerdekaan Palestina dan pembebasan Al-Quds akan semakin jelas.

"Hasil KTT harus bisa ditindaklanjuti untuk betul-betul dapat berujung pada pengakuan terhadap Palestina sebagai negara merdeka yang berdaulat dan Masjid Al-Aqsha benar-benar dapat sepenuhnya bebas dari penjajahan Israel," kata Jazuli

Terakhir kepada berbagai pihak di Indonesia, Jazuli mengimbau agar tidak mengganggu KTT, lebih dari itu diharapkan bisa membantu menghadirkan rasa aman dan suasana kondusif bagi suksesnya KTT.

Adapun, dalam KTT Luar Biasa OKI kelima ini rencananya akan menghasilkan dua dokumen soal Palestina dan al-Quds al Syarif (Kota Suci Yerusalem), yaitu dokumen resolusi dan deklarasi.

Menurut Menteri Luar Negeri Retno Marsudi dokumen resolusi akan berisi konfirmasi kembali negara-negara OKI dengan fokus Palestina dan Yerusalem yang menjadi lokasi Masjid al-Aqsa. Sementara, dokumen deklarasi akan lebih padat dan singkat, berisi langkah konkret ke depan untuk menindaklanjuti hal-hal yang disepakati negara-negara OKI terkait Palestina dan Yerusalem.

Ada enam isu yang akan dibahas dalam KTT Luar Iasa OKI tersebut Isu pertama, yakni Pertama adalah masalah perbatasan, di mana hingga wilayah Palestina dari waktu ke waktu semakin mengecil karena dikuasai oleh Israel.

Kedua, masalah pengungsi Palestina yang tidak bisa kembali ke tempat asalnya. Ketiga, masalah status Kota Jerusalem yang dianggap Kota Suci oleh tiga agama, yakni Yahudi, Nasrani dan Islam.

Keempat adalah masalah pemukiman ilegal Israel yang terus menggerogoti wilayah Palestina juga menjadi hal yang belum bisa terselesaikan. Kelima, masalah keamanan dan keenam masalah distribusi air bersih yang terus menjadi isu konflik yang terjadi di kedua negara tersebut.

OKI sendiri didirikan tepat setelah adanya penyerangan Masjid Al Aqso pada 1967 yang menyatukan negara-negara Islam. Namun, penjajahan Israel atas Palestina hingga kini belum juga berakhir, dan ini akan terus menjadi utang sejarah yang harus ditunaikan OKI.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI