Makin Banyak Pelaku Kejahatan Beralih ke iPhone, Kenapa?

Ruben Setiawan Suara.Com
Sabtu, 05 Maret 2016 | 17:56 WIB
Makin Banyak Pelaku Kejahatan Beralih ke iPhone, Kenapa?
iPhone dan logo Apple di belakangnya. (Reuters)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Beberapa pelaku kejahatan diklaim lebih memilih varian ponsel iPhone terbaru untuk melakukan aksinya, demikian dikatakan tiga asosiasi penegak hukum Amerika Serikat. Sistem keamanan ponsel buatan Apple yang sulit ditembus jadi andalan para pelaku kejahatan.

Hal itu disampaikan ketiga asosiasi penegak hukum tersebut di hadapan hakim yang menyidangkan kasus sengketa antara perusahaan Apple dan Departemen Kehakiman Amerika Serikat, Kamis (3/3/2016). Mereka mengklaim, banyak pelaku kriminalitas yang beralih ke iPhone setelah menyadari tebalnya pengamanan ponsel tersebut. Namun, mereka tidak menyebutkan contoh kasusnya secara spesifik.

Pernyataan yang disampaikan Asosiasi Perwira Penegak Hukum Federal dan dua asosiasi lainnya itu juga menyebut soal kasus penyadapan panggilan telepon dari rumah tahanan yang dilakukan otoritas New York pada tahun 2015. Ketika itu, seorang narapidana memuji sistem operasi terenkripsi Apple adalah "anugerah dari Tuhan".

Kegaduhan soal Apple ini berawal dari kasus pembantaian yang terjadi di San Bernardino, California beberapa waktu lalu. Kendati sudah mendapat perintah pengadilan, Apple menolak membantu membuatkan perangkat lunak baru guna membongkar password iPhone milik pelaku.

Apple beralasan, hal itu akan menjadi preseden buruk. Menurut Apple, hal itu mengancam keamanan para penggunanya.

Lambat laun, kasus ini menjadi perseteruan antara pemerintah dengan raksasa-raksasa teknologi Amerika Serikat. Google, Facebook, Microsoft dan lebih dari dua puluh perusahaan teknologi lain melayangkan nota dukungan bagi Apple. Sementara itu, Departemen Kehakiman mendapat dukungan dari kelompok-kelompok penegak hukum dan enam kerabat korban pembantaian San Bernardino.

Biro Penyidik Federal Amerika Serikat (FBI) menyebut kedua pelaku, Rizwan Farook dan istrinya, Tashfeen Malik, terinspirasi militan garis keras dalam melakukan aksinya. Mereka membantai 14 orang dalam sebuah pesta liburan, 2 Desember silam.

Pasangan suami istri itu kemudian tewas dalam baku tembak dengan polisi. FBI bersikeras ingin membongkar data ponsel Farook untuk menyelidiki dugaan keterlibatan pelaku dengan kelompok militan tertentu.

Kantor Jaksa Penuntut Umum San Bernardino, Kamis, mengatakan bahwa berdasarkan dua panggilan darurat 911 di waktu penembakan, menyebut ada tiga pelaku, bukan hanya dua.

Oleh karena itu, kata pernyataan resmi dari Kantor Jaksa Penuntut Umum, jika faktanya memang ada tiga pelaku, maka pembongkaran iPhone pelaku perlu dilakukan untuk melacak identitas pelaku ketiga.

Sebenarnya, Apple sudah bekerja sama dengan FBI. Mereka menyerahkan data-data terkait yang mereka miliki.

Namun, kata Apple, permintaan terbaru dari FBI dinilai tidak masuk akal. Pasalnya, FBI mendesak agar Apple merancang sebuah perangkat lunak yang dapat dipakai untuk meretas sistem keamanan iPhone. Padahal, perangkat lunak yang dimaksud belum ada wujudnya. (Reuters)

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI